Oleh: Achmad Fadillah
SABTU sore di Balikpapan biasanya penuh dengan riuh aktivitas warga yang memanfaatkan akhir pekan untuk bersantai. Namun bagi kami, anggota Komunitas Jurnalis Balikpapan Football Club (JBFC) adalah waktu yang paling ditunggu. Bukan untuk sekadar libur, tapi untuk menendang bola, berkeringat, dan melepas penat di lapangan.
JBFC bukan sekadar komunitas olahraga. Ia adalah rumah kedua bagi para jurnalis dari beragam organisasi seperti Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), hingga awak media yang sehari-harinya berjibaku dengan deadline, narasumber, dan tuntutan informasi cepat.
Di komunitas ini, kami menemukan semacam pelarian yang sehat, menyenangkan, dan penuh kebersamaan.
Biasanya, kami bermain di lapangan futsal Global Sport. Namun Sabtu, 19 April 2025, menjadi momen yang berbeda.
Untuk pertama kalinya kami menginjak rumput sintetis lapangan mini soccer di kawasan Beller. Sensasinya sungguh berbeda. Lebih luas, lebih lega, dan lebih lepas. Mungkin karena itu juga, permainan kami jadi lebih hidup.
Lapangan baru ini bukan sekadar tempat baru untuk berolahraga. Ia menjadi simbol awal komitmen baru. Dari yang sebelumnya hanya bermain seminggu sekali dan masih banyak yang bolos, kini kami sepakat untuk bertemu rutin dua kali dalam sebulan.
Sebuah langkah maju agar komunitas ini tidak hanya jadi ajang hiburan, tetapi juga sarana membangun disiplin dan kekompakan.
Di balik atmosfer baru ini, ada dukungan yang tak bisa dilupakan, yakni dukungan dari PT Kideco Jaya Agung.
Perusahaan ini menjadi sponsor utama kegiatan kami, baik untuk latihan rutin maupun pertandingan persahabatan.
Kami pun mengusung tagline “Wartawan Sehat Berkat Kideco” sebagai bentuk apresiasi dan semangat baru. Tagline yang mungkin terdengar sederhana, tapi memiliki makna yang dalam.
Di lapangan, meski disebut “fun football,” suasana pertandingan terasa seperti laga profesional Liga 1 Indonesia. Ada gocekan lincah, umpan terukur, bahkan takel keras yang mengejutkan.
Ada pula teriakan kecewa saat rekan setim gagal mengeksekusi peluang. Tapi itulah keindahan permainan ini bahwa kami boleh berbeda media, berbeda latar organisasi, bahkan terkadang bersaing di lapangan pemberitaan, namun di lapangan sepak bola, kami satu tim, satu semangat.
“Jadi jangan ada lagi alasan teman-teman nggak hadir latihan, kita sudah pindahkan dari lapangan futsal ke lapangan mini soccer,” ucap Ketua JBFC, Debi dengan nada tegas tapi penuh canda.
Ucapan yang jadi sindiran manis untuk para pemain dadakan yang biasanya hanya muncul saat ada turnamen.
Pertandingan hari itu ditutup dengan tawa, foto bersama, dan ucapan terima kasih kepada Kideco.
Bukan karena kami menang atau kalah, tapi karena memang tak ada skor yang hadiah yang diperebutkan, namun kami berhasil menjaga satu hal yang semakin langka di dunia jurnalisme hari ini tentang sebuah kebersamaan.
Semoga lapangan mini soccer ini terus menjadi ruang tumbuh bagi kami. Tempat menjaga tubuh tetap sehat, pikiran tetap waras, dan relasi antarjurnalis tetap hangat. Dan semoga Kideco terus bersama kami, mendukung wartawan-wartawan yang ingin sehat, bahagia, dan tetap produktif.
Karena di balik setiap umpan dan gol, ada cerita yang lebih besar tentang jurnalis yang tak hanya bercerita tentang dunia, tapi juga menjaga dunianya sendiri tetap kuat dan hidup.