Reporter: Achmad Fadillah | Editor: Bambang Irawan
BALIKPAPAN - Kota Balikpapan menjadi tuan rumah peringatan Hari Otonomi Daerah (Otda) ke-XXIX yang berlangsung meriah dan penuh makna di halaman BSCC Dome, Jumat (25/4/2025).
Acara yang dimulai sejak pukul 08.30 WITA ini dihadiri sejumlah tokoh penting nasional dan daerah, dengan Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto bertindak sebagai inspektur upacara.
Suasana upacara tampak semarak sejak awal. Para tamu disambut dengan tarian selamat datang yang memadukan unsur tradisional dan modern.
Para penari tampil memukau dengan busana adat Mahligai Balikpapan, diiringi musik berirama kekinian. Berbagai hasil kerajinan khas Kalimantan Timur turut dipamerkan, menambah kekayaan budaya dalam peringatan ini.
Sejumlah pejabat hadir dalam upacara, di antaranya Gubernur Kalimantan Timur Rudy Mas’ud, Wakil Gubernur Seno Aji, Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas’ud, Wakil Wali Kota Bagus Susetyo, serta 23 kepala daerah penerima penghargaan kinerja pemerintahan terbaik se-Indonesia.
Pasukan upacara terdiri dari gabungan berbagai elemen, antara lain ASN Pemkot Balikpapan, guru, tenaga kesehatan, Satpol PP, Dishub, PDAM, lurah, serta unsur masyarakat seperti Forum Pembauran Kebangsaan dan Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat.
Silvia Ramadina, alumni STPDN angkatan 65 dan saat ini menjabat sebagai Inspektur Kota Balikpapan, membacakan sejarah otonomi daerah.
Sejarah itu menyoroti perjalanan panjang kebijakan desentralisasi di Indonesia sejak masa kolonial Belanda hingga lahirnya UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang berlaku saat ini.
Dilanjutkan dengan pembacaan Keputusan Menteri Dalam Negeri tentang hasil evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah tahun 2024.
Kota Balikpapan patut berbangga karena termasuk dalam 10 kota dengan kinerja terbaik secara nasional, bersama kota-kota lain seperti Surakarta, Denpasar, dan Tangerang.
Wamendagri Bima Arya menyampaikan pesan penuh refleksi.
Ia mengapresiasi seluruh kepala daerah yang berhasil meraih prestasi dan menekankan bahwa otonomi daerah bukan sekadar pembagian kekuasaan antara pusat dan daerah, melainkan instrumen untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
"29 tahun otonomi daerah ini adalah momentum evaluasi, bukan hanya bagi kepala daerah, tapi juga pemerintah pusat. Sinkronisasi dan sinergi adalah kunci," ucap Bima Arya.
Ia mengungkapkan, meski banyak daerah menunjukkan peningkatan kapasitas fiskal dan kepemimpinan yang kuat, masih terdapat tantangan besar, seperti ketimpangan alokasi APBD dan tumpang tindih regulasi.
Ia menekankan pentingnya inovasi, kolaborasi lintas sektor, dan penguatan ekonomi kreatif. Selain itu, perizinan usaha yang mudah dan sistem meritokrasi yang adil di birokrasi juga menjadi sorotan utama.
Bima Arya menyebut bahwa otonomi daerah telah berhasil mencetak pemimpin-pemimpin hebat yang kini tampil di panggung nasional.
Namun, ia juga mengingatkan agar daerah yang masih tertinggal mendapatkan pendampingan intensif dari pemerintah pusat.
"Kita bukan negara federal. Kita satu sistem. Pemerintah pusat tetap punya kewajiban membina, mengawasi, dan memastikan pelayanan publik berjalan optimal," tegasnya.
Di akhir pidatonya, Wamendagri mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk terus dekat dengan masyarakat dan tidak hanya hadir saat momen Pilkada.
Ia menutup sambutannya dengan harapan agar otonomi daerah menjadi pendorong utama kesejahteraan rakyat di seluruh pelosok negeri.
Dirgahayu Otonomi Daerah ke-29. Sinergi Pusat dan Daerah, Membangun Nusantara Menuju Indonesia Emas 2045.