Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan

Potensi Sektor Kesehatan Indonesia yang Besar Menarik Minat Aspen Medical Berinvestasi di RS IA Moeis Samarinda

RSUD IA Moeis Samarinda. (Foto: Ayu/Pusaranmedia.com)

BERITA TERKAIT

    Kalimantan Timur

    Potensi Sektor Kesehatan Indonesia yang Besar Menarik Minat Aspen Medical Berinvestasi di RS IA Moeis Samarinda

    PusaranMedia.com

    RSUD IA Moeis Samarinda. (Foto: Ayu/Pusaranmedia.com)

    Potensi Sektor Kesehatan Indonesia yang Besar Menarik Minat Aspen Medical Berinvestasi di RS IA Moeis Samarinda

    RSUD IA Moeis Samarinda. (Foto: Ayu/Pusaranmedia.com)

    Reporter: Ayu Norwahliyah | Editor: Bambang Irawan

    SAMARINDA - Skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) untuk pengembangan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Inche Abdoel (IA) Moeis menjadi layanan kesehatan bertaraf internasional, kini telah memasuki tahap aanwijzing atau pemberian penjelasan kepada calon mitra pelaksana.

    Konsorsium Plenary Asia dan Aspen Medical, dua entitas berpengalaman di sektor pelayanan kesehatan global digandeng sebagai mitra strategis dalam proyek ini.

    Chief Operating Officer (COO) Aspen Medical Group Indonesia, Marwan Hanif menyebut keterlibatan mereka dalam proyek ini sebagai langkah bersejarah dalam pembangunan layanan kesehatan di Indonesia.

    Mereka menilai bahwa program Wali Kota Samarinda, Andi Harun untuk melakukan Public Private Partnership (PPP) merupakan sebuah terobosan.

    “Karena saya pikir ini pertama kali ada PPP di sektor kesehatan di Indonesia. Salah satu poin penting dari visi pak wali adalah supaya bisa bersaing, bahkan dengan tetangga sebelah,” jelas Marwan.

    Lebih jauh, ia menilai potensi sektor kesehatan Indonesia sangat besar, terutama karena masih banyak warga yang mencari layanan medis ke luar negeri.

    “Kenapa kami berminat? Karena kami melihat Indonesia punya potensi besar. Salah satunya adalah karena saat ini masih banyak devisa negara yang lari ke luar negeri untuk layanan kesehatan,” terangnya.

    Ia mengakui bahwa proyek ini menjadi kerja sama PPP pertama konsorsium di sektor kesehatan Indonesia.

    “Kalau yang di Samarinda ini akan menjadi proyek PPP pertama kami. Jadi berbeda dengan proyek di Depok yang 100 persen milik kami, proyek ini adalah kerja sama antara pemerintah dan swasta,” paparnya.

    Menurutnya, konsep PPP sebenarnya sudah lazim di Australia dan negara-negara lain, namun masih tergolong baru di Indonesia. 

    “Karena itu, langkah ini bisa dibilang inovatif sebab beliau (wali kota) adalah pelopor pertama PPP sektor kesehatan di Indonesia,” ujarnya.

    Sementara itu, Direktur RSUD IA Moeis Samarinda, Osa Rafshodia menjelaskan bahwa perubahan tidak hanya terjadi pada fisik gedung dan manajemen, tapi juga identitas rumah sakit.

    “Nanti dari sisi nama, setelah penandatanganan kontrak, nama RSUD IA Moeis akan berubah menjadi RSUD IA Moeis Managed by Plenary Asia–Aspen Medical Group Indonesia,” jelas Osa.

    Konsorsium, kata dia, tidak hanya bertindak sebagai investor, tetapi juga akan mengelola sejumlah layanan medis unggulan. 

    "Setidaknya akan ada lima layanan yang dikelola, antara lain poli jantung, poli rehabilitasi medik, dan layanan kecantikan,” paparnya.

    Struktur manajemen rumah sakit ini akan dibagi 70 persen dikelola oleh tenaga lokal dan 30 persen oleh mitra dari Australia. 

    "Kemudian akan ada pertukaran ilmu dan pengetahuan. Dalam enam bulan pertama, tenaga ahli dari Australia akan datang ke Samarinda, dan kami juga akan mengikuti pelatihan langsung di Australia,” lanjutnya.

    Beberapa profesional Australia juga akan menempati posisi strategis dalam jajaran manajemen. Kerja sama ini dirancang selama 20 tahun, dan setelah masa kontrak berakhir, seluruh aset akan dikembalikan kepada Pemkot Samarinda. 

    Soal pembangunan fisik, konsorsium menargetkan waktu 18 bulan setelah kontrak ditandatangani pada Oktober 2025. Gedung baru akan mulai dibangun dua hingga tiga bulan setelah penandatanganan, dengan target operasional penuh pada Agustus 2027.

    "Jika ingin melanjutkan kerja sama, maka akan dilakukan negosiasi baru. Selama masa pembangunan, operasional rumah sakit tetap berjalan di gedung yang lama,” jelasnya.

    Tahap awal investasi akan dimulai sekitar satu hingga dua bulan setelah kontrak ditandatangani. Nilai investasi tahap pertama sebesar 15 juta dolar AS atau sekitar Rp230 miliar, yang merupakan sekitar 30 persen dari total investasi. 

    Sisanya, yakni 70 persen, akan disalurkan sekitar dua bulan setelahnya. Sehingga Total nilai investasi proyek ini mencapai Rp740 miliar. 

    "Empat tower baru akan dibangun dan dioperasikan. Jadi, mereka tidak hanya membangun gedung, tetapi juga turut terlibat dalam mengoperasikan rumah sakit,” pungkasnya.