Reporter: Tri Agustini | Editor: Buniyamin
SAMARINDA – Hasil uji mutu bahan bakar minyak (BBM) di Samarinda yang diungkap oleh pemerintah kota cukup mengejutkan.
Dari tiga sampel yang diambil pada awal April 2024 lalu, tak satu pun memenuhi standar Research Octane Number (RON) minimal untuk jenis Pertamax, yakni RON 92.
Uji laboratorium yang melibatkan empat lembaga independen, baik dari dalam maupun luar Kalimantan Timur (Kaltim) menunjukkan angka yang mengkhawatirkan.
Sampel pertama memiliki RON sebesar 86,7, sampel kedua 89,6, dan sampel ketiga 91,6. Selain itu, ditemukan pula kandungan timbal sebesar 66 ppm dan air sebanyak 742 ppm dalam BBM tersebut.
Dosen Teknik Kimia Politeknik Negeri Samarinda (Polnes), Alwathan memberikan penjelasan ilmiah yang membuka tabir kompleksitas dunia BBM.
Ia menyebut timbal sebenarnya mampu meningkatkan angka oktan. Tapi tingginya kandungan timbal justru tidak otomatis menjamin RON yang sesuai standar, terlebih timbal tersebut sudah tidak diperbolehkan untuk menjadi campuran BBM.
"BBM itu bukan cuma soal menambah zat, tapi juga bagaimana unsur-unsur itu berinteraksi. Kita memang bisa menaikkan RON dengan unsur tertentu, tapi karena sifat gas hidrokarbon yang kompleks dan penyimpanan yang tidak tepat justru bisa menurunkan efektivitasnya," terang Alwathan, Senin (5/5/2025).
Ia menjelaskan, beberapa reaksi kimia dapat terjadi selama penyimpanan, terutama saat BBM terkontaminasi air. Kontaminasi tersebut bisa terjadi akibat kelembapan udara atau sistem penyimpanan yang tidak tertutup rapat.
Air, kata dia, bukan hanya sebagai kontaminan, tetapi juga bisa bersenyawa dengan zat aditif seperti fenol (C6H5OH) yang kini digunakan untuk menggantikan timbal.
"Fenol punya gugus OH, dan air punya H2O. Keduanya bisa membentuk jembatan hidrogen, jadi air tidak selalu terpisah sempurna dari campuran. Inilah yang bisa membuat angka RON turun, meski awalnya sudah ditingkatkan," tambahnya.
Lebih lanjut, Alwathan menyebut bahwa BBM yang rusak bukan hanya disebabkan oleh kontaminasi air. Faktor lain seperti penyimpanan terlalu lama, paparan sinar matahari langsung maupun tidak langsung, kelembapan tinggi, dan logam dalam tangki juga berperan besar.
Sistem ventilasi yang buruk di tangki penyimpanan juga bisa mempercepat penurunan kualitas. "Sebab itu kualitas BBM tidak bisa dilihat secara kasat mata," pungkasnya.