Reporter: Achmad Fadillah | Editor: Bunyamin
BALIKPAPAN - Sekretaris Komisi I DPRD Balikpapan, Muhammad Najib mendorong penguatan ketahanan pangan dan gaya hidup sehat dimulai dari lingkungan terkecil, yakni keluarga dan komunitas warga.
Ia menilai pembangunan kota tidak cukup hanya dengan infrastruktur, tapi juga menyangkut ketahanan keluarga dan pola hidup masyarakat.
"Makanya kita dorong Perda Ketahanan Keluarga, juga Perda Kota Layak Anak. Ini bukan sekadar regulasi, tapi ada peran masyarakat di dalamnya," ucap Najib, Rabu (14/5/2025).
Menurutnya, ketahanan keluarga sangat berkaitan erat dengan kondisi sosial di lingkungan.
Untuk itu, ia menyoroti sikap abai masyarakat yang kerap menganggap biasa situasi yang sebenarnya darurat, seperti Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
"Kita ini kadang terlalu sibuk, sampai nggak kenal tetangga sendiri. Ada orang teriak-teriak dan kita pikir itu hal biasa, padahal bisa jadi itu KDRT. Di sinilah pentingnya kepedulian," jelasnya.
Dari kasus tersebut, ia mencontohkan inisiatif warga yang mulai menggunakan grup WhatsApp RT untuk melaporkan kejadian mencurigakan di lingkungan mereka.
"Nah hal kecil seperti ini adalah bentuk nyata keterlibatan masyarakat dalam menjaga keamanan dan kenyamanan bersama," ungkapnya.
Terkait ketahanan pangan, Najib menilai Balikpapan masih terlalu bergantung pada pasokan luar daerah.
Kondisi ini menyebabkan harga komoditas seperti cabai bisa melonjak drastis sewaktu-waktu.
"Pemerintah kota harus mulai program dari lingkungan, misalnya satu kelurahan tanam cabai, atau setiap rumah sediakan lahan satu kali dua meter untuk tanaman pangan. Itu bentuk pertanian kota," tuturnya.
Soal itu, diakuinya, pernah mencoba beternak ikan lele secara mandiri. Tapi hasil percobaannya itu gagal karena pandemi Covid-19.
"Sebelum Covid saya sudah mulai, tapi pas mau panen, pandeminya datang. Gagal deh," katanya sambil tersenyum.
Selain pangan, Najib juga mengajak masyarakat mengubah gaya hidup agar lebih sehat.
Ia prihatin melihat banyak anak muda kini mengidap penyakit seperti diabetes dan hipertensi yang sebelumnya identik dengan usia lanjut.
"Sekarang kalau kalian cek ke puskesmas hari Sabtu atau Minggu, kelompok diabetes itu banyak yang muda. Ini soal gaya hidup," tegasnya.
Najib menekankan pentingnya mengurangi konsumsi gula berlebih.
"Kopi pakai susu boleh sesekali, tapi jangan tiap hari. Kalau di rumah, kita tahu takaran gula. Tapi kalau di kafe atau kopi instan, kita enggak tahu campurannya apa saja," katanya.
Ia pun mengajak masyarakat untuk lebih sadar terhadap kesehatan dan lingkungan sekitar.
"Pembangunan bukan cuma soal jalan dan bangunan, tapi juga keluarga yang kuat, pangan yang cukup, dan hidup yang sehat," pungkasnya. (Adv)