Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan

Dinas PUPR Samarinda Konsultasi ke ITB untuk Penguatan Lereng Terowongan

Terowongan sisi Jalan Sultan Alimuddin yang sebagian lerengnya runtuh dampak intensitas hujan yang tinggi di Samarinda, Senin (12/5/2025) lalu. (Foto: Tri/Pusaranmedia.com)

BERITA TERKAIT

    Kalimantan Timur

    Dinas PUPR Samarinda Konsultasi ke ITB untuk Penguatan Lereng Terowongan

    PusaranMedia.com

    Terowongan sisi Jalan Sultan Alimuddin yang sebagian lerengnya runtuh dampak intensitas hujan yang tinggi di Samarinda, Senin (12/5/2025) lalu. (Foto: Tri/Pusaranmedia.com)

    Dinas PUPR Samarinda Konsultasi ke ITB untuk Penguatan Lereng Terowongan

    Terowongan sisi Jalan Sultan Alimuddin yang sebagian lerengnya runtuh dampak intensitas hujan yang tinggi di Samarinda, Senin (12/5/2025) lalu. (Foto: Tri/Pusaranmedia.com)

    Reporter: Tri Agustini | Editor: Buniyamin 

    SAMARINDA - Kekhawatiran terhadap kondisi lereng di sekitar terowongan Jalan Sultan Sulaiman mendorong Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Samarinda untuk mengambil langkah proaktif. 

    Meski fenomena pergerakan tanah (sliding) yang terjadi baru-baru ini terkesan mendadak, ternyata sudah menjadi perhatian Dinas PUPR sejak Februari 2025 lalu.

    Kepala Dinas PUPR Samarinda, Desy Damayanti menjelaskan, kondisi lereng memang telah masuk dalam daftar pemantauan sejak awal tahun. 

    Ia menyebut berdasarkan perhitungan teknis, tekanan dari atas lereng diperkirakan akan menyebabkan pergeseran dalam waktu sekitar empat bulan, tapi faktor alam yang tak terduga mempercepat proses tersebut.

    “Sebetulnya ini sudah masuk dalam rencana penanganan kami sejak Februari. Tapi ya itu tadi, karena kondisi alam ikut berperan, termasuk beban air dari atas, sliding-nya terjadi lebih cepat dari yang kami prediksi,” ujar Desy baru-baru ini. 

    Langkah antisipatif pun segera dilakukan, Dinas PUPR menggandeng Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk melakukan kajian teknis guna memastikan penanganan yang direncanakan benar-benar efektif dalam memperkuat lereng.

    “Kita juga sudah ke ITB untuk menilai apakah penanganan kami setelah ini akan bisa memperkuat posisi lereng, untuk bangunan utamanya tidak ada kegiatan lain,” terang Desy.

    Ia juga memastikan bahwa pekerjaan tambahan ini tidak membebani anggaran proyek utama. Penanganan lereng dilakukan dengan memanfaatkan sisa kontrak dari anggaran senilai Rp395 miliar yang telah dihemat dalam proses lelang sebelumnya.

    “Ini tidak menambah pagu anggaran. Kami hanya menggunakan sisa kontrak, dan itu sah secara aturan pengadaan barang dan jasa, selama nilainya di bawah 10 persen dari kontrak awal,” tambahnya.

    Sementara itu, rencana pelebaran jalan di sekitar terowongan, khususnya di koridor Jalan Sultan Sulaiman hingga Jalan Sejati, belum bisa direalisasikan dalam waktu dekat. Pasalnya, kata dia proses desain masih berada di bawah tanggung jawab bidang Sumber Daya Air (SDA), dan diproyeksikan baru akan dikerjakan pada 2026.

    “Karena drainase akan dibuat di kiri-kanan jalan, otomatis nanti akan berdampak pada pelebaran. Tapi karena posisi jalan cukup padat, pengerjaan tidak bisa dilakukan bersamaan dengan proyek terowongan agar tidak mengganggu lalu lintas,” pungkasnya.