Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan

Pasar Petang: Tiketnya Puisi, Panggungnya Sastra, dan Jiwanya Kaltim

Player Pasar Petang (Foto: Ahmad Qoshashih)

BERITA TERKAIT

    Kalimantan Timur

    Pasar Petang: Tiketnya Puisi, Panggungnya Sastra, dan Jiwanya Kaltim

    PusaranMedia.com

    Player Pasar Petang (Foto: Ahmad Qoshashih)

    Pasar Petang: Tiketnya Puisi, Panggungnya Sastra, dan Jiwanya Kaltim

    Player Pasar Petang (Foto: Ahmad Qoshashih)

    Reporter: Aswin | Editor: Buniyamin

    TENGGARONG – Yayasan Lanjong bersama Ruang Sastra Kalimantan Timur akan menggelar Pasar Petang, sebuah ruang pertemuan sastra yang segar dan penuh imajinasi, sebagai bagian dari pengembangan ekosistem sastra di Kutai Kartanegara (Kukar).

    Kegiatan ini akan diselenggarakan di pekarangan wisata Ladaya, Jalan H Bachrin Seman, Kelurahan Mangkurawang, Kecamatan Tenggarong, Kukar, Sabtu (24/5/2025) mendatang.

    Uniknya, pengunjung tak perlu membayar dengan uang untuk masuk. Sebagai gantinya, mereka cukup menukar puisi, catatan pendek, atau kalimat penuh rasa sebagai tiket masuk.

    "Kata menjadi tiket, sastra menjadi medium tukar dan petang menjadi panggung yang akrab bagi pertemuan lintas jiwa," tutur Panitia Pelaksana, Ahmad Qoshashih. Senin (19/5/2025).

    Mengusung tema "Setelah Korrie", acara tersebut menjadi elegi sekaligus prolog. Korrie Layun Rampan, sosok sentral dalam lanskap sastra Kalimantan Timur (Kaltim), tak hanya dikenang, tetapi dijadikan titik tolak untuk menyigi narasi baru yang mulai bertunas. 

    Pasar petang tidak hanya sekedar menyajikan makanan dan minuman, melainkan pasar seni dan pertunjukan sastra serta diskusi utama sebagai peta perjalanan dan kemungkinan masa depan sastra di Kalimantan Timur. Tiga orang narasumber akan mengisi diskusi pasar petang, sebagai berikut: 

    Dahri Dahlan, akademisi dan peneliti sastra, akan mengulas lanskap terkini kesusastraan Kalimantan Timur dengan pendekatan kritis dan menyeluruh.

    Kristal Firdaus, penyair muda dari Cermin Lain di Balik Pintu Lamin dan emerging writer MIWF 2025, membawa kegelisahan dan harapan generasi baru.

    Fitriani Um Salva, penyair lintas zaman, hadir sebagai jembatan antara warisan Korrie dan suara-suara muda yang kini menggeliat.

    Dua antologi terbaru, Cermin Lain di Balik Pintu Lamin (2023) dan Hal-hal yang Tersisa dari Jam Makan Malam (2025), akan diperkenalkan sebagai cermin dari denyut kreativitas penulis muda Kalimantan Timur, sekaligus sebagai arsip hidup yang mencatat arah angin sastra hari ini.

    Di tengah aroma kopi, cita rasa burger, semilir senja, dan gerai tato temporer, kata-kata akan kembali bernyawa. Di ruang pasar yang terbuka dan inklusif, sastra menemukan panggung yang lebih jujur, tempat nilai-nilai luhur dan keseharian bertemu, berdialog, dan tumbuh bersama.

    "Kami mengundang media, pelaku seni-budaya, pembaca, dan siapa pun yang mencintai pertemuan antar-wacana untuk hadir, menyimak, mencatat, dan ikut merayakan. Bahwa di petang yang biasa, bisa tumbuh yang luar biasa, jika kata-kata diberi ruang untuk tinggal," pungkas Qoshashih.