Reporter: Tri Agustini | Editor: Bambang Irawan
SAMARINDA – Beberapa pekan terakhir, warga Samarinda kerap mengalami fenomena cuaca yang unik. Hujan turun di satu kawasan, sementara kawasan lain yang berdekatan tetap kering.
Fenomena itu sering disebut sebagai hujan lokal, curah hujan terjadi dalam wilayah yang terbatas, bahkan bisa hanya mencakup satu gang atau lingkungan kecil.
Menurut Staff Operasional BMKG Samarinda, Muhammad Abil Nurjani, hujan lokal terjadi karena besaran awan yang berbeda-beda, yang juga dipengaruhi oleh angin di wilayah tersebut.
Ia menyebut fenomena hujan lokal ini sering kali terjadi selama masa peralihan musim, atau pancaroba. Ketika atmosfer menjadi lebih labil dan mudah membentuk awan hujan secara sporadis atau awan terbentuk secara tidak konsisten dan di wilayah tertentu saja maka terjadilah hujan lokal tersebut.
"Hujan lokal terjadi karna besaran awannya kan beda-beda, itu juga dipengaruhi oleh arah angin," kata Abil, Rabu (21/5/2025).
BMKG mencatat bahwa hingga pekan terakhir Mei 2025, sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Samarinda, masih berada dalam masa peralihan musim.
Dalam beberapa hari ke depan, BMKG memprediksi bahwa wilayah Samarinda masih berpotensi mengalami hujan dengan intensitas menengah antara 50–150 mm, dengan peluang kejadian mencapai 80 hingga 90 persen.
Masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, terutama di wilayah-wilayah rawan banjir dan longsor. BMKG akan terus memperbarui informasi cuaca secara berkala guna mendukung kesiapsiagaan masyarakat menghadapi perubahan musim.
Ia mengatakan, masyarakat bisa melihat prediksi cuaca setiap harinya lewat media sosial BMKG Samarinda, atau melalui radar yang terdapat dalam website bmkgsamarinda.com.
"Kalau aplikasi bawaan handphone itu kami tidak tahu bagaimana akurasinya, kalau resminya baiknya lewat medsos atau website BMKG," pungkasnya.