Reporter : Nur Hidayah | Editor : Bambang Irawan
TANJUNG REDEB – Pembangunan pabrik kakao di Kabupaten Berau oleh investor asal Jepang, hingga kinimasih belum menunjukkan titik terang.
Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Berau, Lita Handini, mengungkapkan hingga kini belum ada tindak lanjut dari pihak investor, terlebih setelah sejumlah wilayah yang menjadi lokasi potensial pengembangan kakao terdampak banjir besar beberapa waktu lalu.
“Sebanyak 50 persen lahan kakao milik petani terkena dampak banjir. Banyak tanaman yang mati dan gagal panen,” ungkap Lita, Jumat (23/5/2025).
Ia menjelaskan saat ini pihaknya lebih fokus pada proses pemulihan lahan dan membangkitkan kembali semangat para petani agar tidak beralih ke sektor lain.
Menurutnya, semangat petani menjadi kunci utama dalam menjaga keberlangsungan budi daya kakao.
“Kalau gagal panen berlarut-larut, kami khawatir mereka pindah ke komoditas lain. Ini yang harus kami cegah,” ujarnya.
Langkah konkret yang telah diambil Disbun Berau antara lain pendataan ulang terhadap lahan yang terdampak banjir, penguatan komitmen petani dalam budi daya kakao, serta pemberian bantuan pupuk untuk mempercepat pemulihan tanaman yang mengalami stres pasca banjir.
Wilayah terdampak yang telah terdata mencakup Kelay, Merasa, Long Lanuk, Inaran, Bena Baru, Rantau Panjang, Tumbit Melayu, dan Tumbit Dayak. Wilayah-wilayah ini semula diproyeksikan menjadi kawasan penyangga bagi pengembangan kakao skala industri.
Lita juga menyoroti kekhawatiran investor terhadap potensi bencana yang terus berulang.
“Jika banjir terus terjadi, wajar kalau investor berpikir ulang. Karena itu, kami juga mencari lahan alternatif yang lebih aman dari banjir untuk menjaga minat mereka tetap tinggi,” jelasnya.
Meski saat ini belum ada pergerakan berarti dari pihak investor Jepang, Disbun Berau tetap optimistis bahwa sektor kakao masih memiliki prospek cerah jika ditopang dengan kesiapan lahan dan semangat petani yang terjaga.
“Selama semangat petani masih menyala, kita punya harapan. Investasi bisa datang kapan saja, tapi membangun kepercayaan dan ketahanan petani adalah pondasi utamanya,” tutupnya.