Reporter: Achmad Fadillah | Editor: Bambang Irawan
BALIKPAPAN - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Balikpapan, Alwiati menegaskan program Gerakan Bersama Posyandu Berantas Stunting (Gempur Stunting) akan menjadi aksi nyata di tengah masyarakat.
"Gempur Stunting ini bukan hanya program pemerintah, tapi gerakan moral yang harus hidup dan tumbuh dari masyarakat itu sendiri," ucap dr Alwiati, Senin (26/5/2025)
Ia mengungkapkan angka prevalensi stunting di Balikpapan masih berada di angka 21,6 persen, sementara partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu masih rendah, hanya mencapai 40,6 persen.
"Masih banyak anak yang tidak terpantau tumbuh kembangnya. Padahal, posyandu adalah ujung tombak deteksi dini risiko stunting," jelasnya.
Menurutnya, keterlibatan semua pihak mutlak diperlukan mulai dari ketua RT, kader posyandu, hingga orang tua.
Untuk itu, Dinkes Balikpapan juga siap menerima laporan langsung dari masyarakat terkait anak yang mengalami masalah gizi.
"Kalau ada anak yang kurang gizi, segera lapor ke Puskesmas. Kami tidak akan tinggal diam," imbuhnya.
Dengan pendekatan lintas sektor, seperti penunjukan ketua RT sebagai orang tua asuh balita dan edukasi tablet tambah darah di sekolah, Alwiati optimis Gempur Stunting bisa berdampak luas.
"Kalau kita biarkan satu anak stunting, artinya kita kehilangan satu potensi masa depan. Maka ini harus jadi budaya, budaya peduli tumbuh kembang anak," tuturnya.
Saat peluncuran program Gempur Stunting, acara ini ditandai dengan senam bersama, pemeriksaan ibu hamil, pembagian vitamin anak, serta deklarasi komitmen bersama.
Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan juga meluncurkan tiga langkah konkret, yaitu penandatanganan MoU antara TP PKK dan Dinas Kesehatan, penunjukan Ketua RT sebagai orangtua asuh balita stunting, dan pemberian paket sembako untuk mendukung 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Ketua TP PKK, Nurlena Rahmad Mas'ud menegaskan pencegahan stunting adalah investasi masa depan.
Ia juga menyoroti rendahnya kadar hemoglobin remaja putri yang rata-rata di bawah standar.
"Anak-anak kita banyak yang kadar Hb-nya hanya 10, padahal standar untuk perempuan itu 12. Ini harus jadi perhatian bersama," ujar Nurlena.
Pemerintah berharap melalui Gempur Stunting, tidak ada lagi anak yang luput dari pemantauan tumbuh kembang, dan seluruh pihak dapat bersatu untuk mewujudkan generasi Balikpapan yang sehat dan unggul menuju Indonesia Emas 2045.