Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan

Tekan Laju HIV, Dinkes Kutim Edukasi Pasien Puskesmas di Tengah Antrean 

Kadinkes Kutim, dr Bahrani Hasanal. (Foto: Dok.Prokopim Kutim)

BERITA TERKAIT

    Kalimantan Timur

    Tekan Laju HIV, Dinkes Kutim Edukasi Pasien Puskesmas di Tengah Antrean 

    PusaranMedia.com

    Kadinkes Kutim, dr Bahrani Hasanal. (Foto: Dok.Prokopim Kutim)

    Tekan Laju HIV, Dinkes Kutim Edukasi Pasien Puskesmas di Tengah Antrean 

    Kadinkes Kutim, dr Bahrani Hasanal. (Foto: Dok.Prokopim Kutim)

    Reporter: Siswandi | Editor: Bambang Irawan 

    SANGATTA – Di balik deretan pasien yang menunggu giliran di Puskesmas, suara penyuluh terdengar menyampaikan satu pesan penting, waspadai HIV sejak dini. 

    Inilah salah satu cara Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) untuk melawan senyapnya penyebaran Human Immunodeficiency Virus (HIV).

    Langkah ini bukan tanpa alasan. Pemerintah menargetkan eliminasi HIV pada tahun 2030 melalui pendekatan 95-95-95, yakni, 95 persen orang dengan HIV mengetahui statusnya, 95 persen dari mereka menjalani pengobatan antiretroviral (ARV), dan 95 persen dari yang menjalani ARV mengalami penekanan jumlah virus dalam tubuh secara efektif.

    “Sosialisasi ini penting karena banyak kasus HIV justru terjadi akibat kurangnya pengetahuan masyarakat,” ujar Kepala Dinkes Kutim, Bahrani Hasanal.

    Menurutnya, banyak masyarakat yang masih menganggap HIV hanya menimpa kelompok tertentu. Padahal kenyataan di lapangan menunjukkan sebaliknya, anak-anak, ibu rumah tangga, bahkan bayi baru lahir pun bisa terinfeksi, sebagian besar akibat transmisi yang tidak disadari.

    "Ada anak yang tiba-tiba terpapar HIV tanpa diketahui penyebabnya. Ada ibu rumah tangga yang tidak pernah ke mana-mana, tapi bisa tertular. Bahkan bayi bisa kena dari ibunya. Hal-hal inilah yang harus dicegah,” tegasnya.

    Untuk itu, Dinkes Kutim telah menurunkan tim penyuluh ke seluruh Puskesmas di kecamatan. Mereka bertugas memberikan edukasi langsung kepada masyarakat, bahkan saat pasien sedang menunggu antrean layanan kesehatan.

    Materi yang disampaikan meliputi cara penularan HIV, upaya pencegahan, pentingnya tes dini, hingga penanganan medis melalui ARV. 

    Strategi ini diharapkan dapat mengikis stigma, sekaligus membuka ruang dialog langsung antara penyuluh dan warga.

    "Kalau masyarakat sudah tahu, mereka bisa lebih waspada dan tidak mudah menyepelekan. Ini bukan sekadar penyakit, ini soal kesadaran kolektif untuk saling melindungi,” tandas Bahrani.

    Dengan pendekatan humanis dan edukatif di lini terdepan layanan kesehatan, Dinkes Kutim berharap HIV tak lagi menjadi momok yang menyerang dalam diam. 

    Tahun 2030 mungkin masih lima tahun lagi, tapi upaya mencegah dimulai hari ini dari Puskesmas, dari percakapan sederhana, dan dari pengetahuan yang dibagikan tanpa lelah.