Reporter: Achmad Fadillah | Editor: Bambang Irawan
BALIKPAPAN - Antrean panjang kendaraan besar kembali terlihat di SPBU Kilometer 15, Kelurahan Karang Joang, Balikpapan Utara, Sabtu (31/5/2025).
Puluhan truk mengantre untuk mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar dan biosolar sejak pagi hari.
Pantauan di lokasi, antrean kendaraan berat seperti truk alat berat dan angkutan material terjadi sejak pukul 10.00 WITA.
Sejumlah sopir mengaku harus menunggu hingga berjam-jam, bahkan menginap, demi mendapatkan BBM.
"Setiap hari saya mengantre terus," keluh Ambotang, salah satu sopir truk muatan alat berat.
Sopir truk enam roda pengangkut material bangunan, Samsul mengaku sudah antre sejak Jumat (30/5/2025) pukul 14.00 WITA.
Ia baru bisa masuk ke area SPBU pada Sabtu sekitar pukul 11.00 WITA.
"Dengan antrean sepanjang ini, saya kelelahan. Penghasilan pun berkurang karena waktu habis hanya untuk antre solar,” ujar Samsul.
Menurutnya, dalam satu hari biasanya bisa membawa pulang Rp1,8 juta bersih. Namun akibat antrean, pendapatan tersebut tak bisa didapatkan.
"Ini mobil bos saya. Saya cuma pekerja sopir. Saya harap distribusi solar ditambah, juga SPBU-nya. Sekarang cuma ada dua SPBU solar aktif di Balikpapan, di Km 13 dan Km 15. Kalau ditambah, antrean bisa dikurangi," harapannya.
Ia juga mengeluhkan pernah kehabisan solar saat mengantre. Bahkan, sopir-sopir sering bermalam di lokasi SPBU untuk mengamankan posisi antrean.
Ketua LPM Karang Joang, Japar Sodik menyoroti dampak antrean solar terhadap lingkungan sekitar.
Menurutnya, antrean truk tidak hanya mengganggu lalu lintas, tapi juga memperparah kerusakan infrastruktur jalan.
"Keluhan warga paling utama soal jalan rusak. Di depan SPBU sudah bolong-bolong padahal baru diperbaiki. Antrean ini dampaknya besar, apalagi kendaraan yang antre tonasenya besar," kata Japar.
Ia menjelaskan, bahwa masyarakat sebenarnya memahami kebutuhan para sopir, namun tetap mengeluhkan dampaknya terhadap lingkungan dan akses keluar-masuk rumah warga.
"Yang antre ini kan bukan cuma dari Balikpapan. Banyak juga dari luar daerah seperti Banjar dan perusahaan industri. Bahkan, antrean bisa mengular hingga Km 17," tuturnya.
Ia juga menyampaikan, bahwa antrean BBM di SPBU Km 15 kerap menyebabkan gangguan keamanan.
Beberapa kali terjadi pencurian seperti kehilangan aki kendaraan karena lampu jalan tidak berfungsi. Apalagi di KM 13 yang nampak gelap jika malam hari.
"Lampu-lampu dari Km 13 sampai Km 15 mati. Kondisi gelap ini bikin rawan kehilangan. Sopir takut ninggalin mobilnya, jadi mereka tidur di mobil," ungkapnya.
LPM Karang Joang telah menerima banyak keluhan warga terkait antrean BBM ini, namun belum ada solusi konkret dari pemerintah.
"Kami hanya bisa mengingatkan agar sopir tidak merusak lingkungan. Tapi kewenangan soal distribusi BBM ada di pemerintah," jelasnya.
Ia menekankan, bahwa solusi paling cepat dan praktis adalah dengan membuka layanan SPBU 24 jam.
"Kalau SPBU buka 24 jam, antrean bisa terurai. Sekarang SPBU tutup jam 9 atau 10 malam. Bukanya juga baru jam 6 atau 7 pagi," ucapnya.
Japar juga menambahkan perlunya pembangunan SPBU baru di wilayah Balikpapan Utara dan pemerataan distribusi BBM bersubsidi seperti biosolar atau solar ke wilayah kota.
"Kalau hanya dua SPBU yang layani solar, ya antreannya begini terus. Bahkan ada satu korban jiwa karena jalan rusak akibat antrean panjang ini. Seorang mahasiswa meninggal setelah motornya terperosok lubang dan tertabrak kendaraan berat," pungkasnya.