Reporter: Achmad Fadillah | Editor: Buniyamin
BALIKPAPAN - Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan terus memperkuat komitmen sebagai Kota Layak Anak (KLA) dengan memperbanyak pembangunan Ruang Bermain Ramah Anak (RBRA) di berbagai titik kota.
Ini disampaikan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Balikpapan, Heria Prisni menjelang verifikasi nasional KLA pada 12 Juni 2025.
Heria Prisni mengatakan Balikpapan saat ini menyandang predikat KLA kategori utama dan tengah berupaya mempertahankan status tersebut. "Nanti 12 Juni akan ada verifikasi dari pusat untuk menilai apakah kita tetap bisa mempertahankan predikat utama," jelas Heria, Kamis (5/6/2025).
Salah satu poin penting dalam evaluasi adalah keberadaan RBRA. Kini, Balikpapan telah memiliki empat lokasi RBRA, yakni Taman Tiga Generasi, Taman Puspoyudo, Taman Bekapai, dan Masjid Balikpapan Islamic Center.
Tahun ini, pemkot juga akan membangun RBRA di area Gereja Bukit Benuas sebagai bagian dari keterwakilan lintas agama dalam fasilitas publik ramah anak.
"RBRA bukan hanya tempat bermain, tetapi juga sarana edukasi. Anak-anak bisa belajar bersosialisasi, budaya antre, dan melepas ketergantungan dari gadget," tuturnya.
Ke depan, Pemerintah Kota menargetkan pembangunan RBRA di seluruh 34 kelurahan secara bertahap dalam rencana lima tahun ke depan.
"Kami rencanakan seluruh kelurahan dan enam kecamatan memiliki RBRA. Ini sudah masuk dalam perencanaan jangka menengah," katanya.
Selain pembangunan fisik, DP3AKB juga melengkapi regulasi pendukung KLA, termasuk Peraturan Daerah (Perda) yang sebelumnya belum tersedia.
"Kemarin perda KLA belum rampung, sekarang sudah. Ini menjadi poin penting karena pada penilaian sebelumnya kita masih ditopang poin lain," ujarnya.
Heria juga menanggapi pertanyaan terkait minimnya wisata edukatif anak di Balikpapan dan pengembangan RBRA menjadi salah satu solusi untuk memperkaya ruang interaksi anak dan menjawab kebutuhan akan ruang publik ramah keluarga.
"Memang wisata edukatif untuk anak-anak masih kurang, tapi ini yang sedang kami kembangkan melalui RBRA yang bisa diakses di berbagai wilayah," ucapnya.
Menurutnya, tingginya angka laporan kasus kekerasan terhadap anak di Balikpapan bukan semata menunjukkan peningkatan kasus, melainkan keberhasilan masyarakat dalam berani melapor.
"Sekarang masyarakat sudah tidak takut lagi melapor, jadi datanya naik karena kesadaran meningkat. Itu justru bagus untuk intervensi kami," pungkasnya.