Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan

Menapak Nilai-Nilai Iduladha di Tengah Gelombang Globalisasi

BERITA TERKAIT

    Opini

    Menapak Nilai-Nilai Iduladha di Tengah Gelombang Globalisasi

    PusaranMedia.com

    Menapak Nilai-Nilai Iduladha di Tengah Gelombang Globalisasi

    Oleh: Prakoso Yudho Lelono

    HARI Raya Iduladha, yang juga dikenal sebagai Hari Raya Kurban, tidak hanya tentang menyembelih hewan dan membagikan dagingnya. Lebih dari itu, Iduladha adalah perayaan spiritual yang sarat makna sosial, penuh nilai-nilai luhur yang sangat relevan untuk direnungkan dan dijalani, terutama di tengah derasnya arus globalisasi seperti sekarang.

    Di era yang serba cepat dan terhubung ini, ketika batas-batas budaya dan nilai mulai kabur oleh teknologi, informasi, dan gaya hidup modern, nilai-nilai keislaman yang diajarkan melalui Iduladha sesungguhnya menjadi jangkar spiritual dan sosial yang penting. Ia menjadi momentum untuk kembali menguatkan relasi vertikal kita dengan Tuhan, sekaligus relasi horizontal kita dengan sesama manusia.

    Perayaan Iduladha berakar dari kisah besar Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS. Dalam sejarahnya, kisah ini bukan sekadar dongeng atau legenda yang diceritakan berulang kali. Ia adalah pelajaran agung tentang keikhlasan, kepatuhan, dan pengorbanan.

    Dalam praktiknya, ibadah kurban bukan hanya ritual menyembelih hewan. Lebih dari itu, ia merupakan bentuk nyata solidaritas sosial. Daging dari hewan kurban dibagi kepada sanak kerabat, keluarga, fakir, misikin dan mereka yang membutuhkan. Dalam konteks ini, Iduladha menjadi simbol distribusi keadilan dan pemerataan rezeki.

    Di tengah ketimpangan sosial yang masih menjadi tantangan besar di Indonesia dan banyak belahan dunia lainnya, ibadah kurban adalah cara Islam membangun keseimbangan. Ia mengajarkan bahwa kebahagiaan dan rezeki tidak boleh hanya dinikmati oleh segelintir orang. Setiap Muslim yang mampu diwajibkan untuk menyisihkan sebagian hartanya dalam bentuk kurban untuk dibagikan kepada yang lebih membutuhkan.

    Ini adalah nilai yang sangat relevan dalam era globalisasi, ketika jurang antara si kaya dan si miskin makin tampak. Globalisasi memang membuka banyak peluang, tetapi juga memperlebar kesenjangan. Iduladha hadir sebagai ajakan untuk lebih peduli, berbagi, dan menengok tetangga yang barangkali tidak pernah menikmati daging dalam satu tahun penuh kecuali saat kurban tiba.

    Kurban sebagai bentuk pengorbanan sosial di masa kini. Jika kurban di zaman Nabi Ibrahim adalah pengorbanan nyawa seorang anak, maka kurban kita hari ini bisa berbentuk pengorbanan ego, waktu, tenaga, dan harta untuk kebaikan bersama.

    Di era globalisasi ini kita menghadapai tantangan nilai keislaman. Globalisasi menghadirkan banyak kemajuan: teknologi, pertukaran budaya, akses informasi, hingga gaya hidup yang makin modern. Namun di sisi lain, globalisasi juga membawa tantangan dalam mempertahankan nilai-nilai lokal dan spiritualitas.

    Oleh karena itu solidaritas global umat muslim merupakan suatu kebutuhan. Momentum Iduladha mengingatkan kita, bahwa kita adalah bagian dari umat global. Dalam era globalisasi ini, kesadaran akan solidaritas lintas batas menjadi sangat penting.

    Di tengah era digital, kita makin mudah untuk terhubung, tapi juga makin rentan kehilangan empati. Iduladha menempatkan keadilan sosial sebagai bagian penting dari ibadah. Daging kurban tidak boleh disimpan semua oleh sohibul qurban. Justru diwajibkan untuk membagikannya, terutama kepada mereka yang kurang mampu. 

    Semangat kurban harus kita hidupkan sepanjang kehidupan ini, bukan hanya setahun sekali. Sesungguhnya, kurban bisa menjadi semangat yang hadir dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, membumikan nilai-nilai Iduladha merupakan ajaran dari Islam demi terwujudnya keadilan sosial. Perayaan Iduladha tidak berhenti pada aspek seremonial belaka. Ia harus menjadi refleksi, pembelajaran, dan momentum perubahan sosial.

    Selamat hari raya Idul Adha 1446 H/2025!