Reporter: Siswandi | Editor: Bambang Irawan
SANGATTA – Meski telah rampung dibangun sejak 2014, Pasar Sangatta Selatan di Kabupaten Kutim hingga kini masih sepi dari aktivitas pedagang dan pembeli .
Gedung dua lantai yang dirancang dengan ratusan lapak justru terlihat lengang dan minim aktivitas jual beli.
Dari total 160 lapak yang tersedia, hanya sekitar 43 yang digunakan oleh pedagang. Sisanya terbengkalai, sementara para pedagang lebih memilih berjualan di luar gedung.
Kondisi ini menjadi perhatian serius Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kutim.
Pengawas Perdagangan Dalam Negeri, Achmad Donny Efendi menyatakan pihaknya tengah mengevaluasi ulang kepemilikan lapak yang tidak dimanfaatkan.
Langkah konkret pun disiapkan, termasuk kemungkinan mengalihkan lapak mangkrak kepada pedagang yang benar-benar ingin berjualan.
"Kalau pemiliknya tidak aktif berjualan, maka akan kami alihkan ke pedagang yang benar-benar ingin berjualan. Tentu ini akan kami rapatkan terlebih dahulu dan dilaporkan ke Bupati. Kami juga akan siapkan regulasi yang tepat," tegas Donny.
Upaya menarik minat pedagang untuk masuk ke dalam pasar juga terus dilakukan. Salah satunya dengan belum diberlakukannya retribusi pasar.
Padahal, tarif resminya hanya Rp2.000 per hari jauh lebih murah dibandingkan sewa lapak luar pasar yang bisa mencapai Rp300.000 hingga Rp400.000 per bulan.
Namun demikian, penarikan retribusi tetap akan diberlakukan ketika seluruh lapak telah terisi.
"Kita tunggu semua terisi, barulah regulasi untuk retribusi itu akan kita tarik. Itu juga yang akan kita bahas di rapat nanti," tambah Donny.
Selain itu, penyediaan fasilitas penunjang seperti lahan parkir yang memadai juga menjadi fokus perhatian.
"Kita berharap keberadaan fasilitas tersebut dapat mendorong masyarakat untuk berbelanja di dalam pasar, bukan lagi di tepi jalan seperti yang kerap terjadi selama ini," harap Donny.