Reporter: Siswandi | Editor: Bambang Irawan
SANGATTA – Kepala DPPKB Kutim, Achmad Junaidi B menyampaikan kabar menggembirakan terkait perkembangan penurunan angka stunting di daerahnya.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) dan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dirilis Kementerian Kesehatan RI tahun 2024, prevalensi stunting di Kutim menurun drastis dari 29 persen menjadi 20,6 persen pada tahun 2025.
Penurunan sebesar 8,4 persen ini tidak hanya menjadi indikator keberhasilan program pemerintah daerah, tetapi juga mendorong Kabupaten Kutim naik peringkat dalam skala provinsi. Sebelumnya Kutim berada di urutan ke-10 tingkat Kaltim kini naik ke posisi ke-7.
Junaidi menegaskan bahwa pencapaian ini merupakan hasil kerja kolektif berbagai pihak. Ia menyebut peran Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) melalui Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) sangat membantu dalam penguatan tata kelola program.
"Kolaborasi lintas sektor antara perangkat daerah, organisasi mitra, hingga dukungan dunia usaha menjadi kunci keberhasilan upaya percepatan penurunan stunting," katanya.
Junaidi juga merujuk pada data dari Sistem Informasi Keluarga (SIGA) Elsimil milik BKKBN RI yang menunjukkan tren penurunan jumlah keluarga berisiko stunting (KRS) di Kutim.
Tren ini menunjukkan kerja-kerja intervensi berjalan tepat sasaran dan konsisten sepanjang tahun 2023 hingga 2024.
Junaidi menyampaikan bahwa laporan lengkap mengenai capaian kinerja tersebut pihaknya akan merilis usai rapat koordinasi dengan Ketua TPPS.
“Kita harus terus bersinergi mengawali Kutim Hebat menuju Indonesia Emas 2045. Aamiin ya rabbal alamin,” pungkas Junaidi, yang juga menjabat sebagai Sekretaris TPPS Kutim.