Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan

Industri Jamu Justru Tumbuh di Masa Pandemi Covid-19

Beberapa varian jamu dari djamoe tempo dulu (Foto: ist)

Sebelum pandemi, Saidah mengatakan hanya berhasil menjual 20 hingga 25 botol per hari. Namun, sekarang pemesanan justru meningkat hingga 50 botol setiap harinya. Ia bahkan mampu meraup untung Rp3 juta per bulannya. 

Pembuatan jamu ini dikerjakan Saidah bersama abah dan ibunya, bahkan ibunya juga ikut membantu dalam mempromosikan di media sosial. Selain itu, dirinya juga berprofesi sebagai guru TK. 

“Lumayan kewalahan juga kemarin, biasanya kan cuma ngerebus satu panci, tapi pas ramai itu sampai dua kali kita ngerebusnya, pagi dan siang,” tuturnya.

Tidak hanya di Tenggarong, Saidah menjual jamunya hingga ke Samarinda, dan hulu Mahakam, seperti Muara Kaman dan Sebulu. “Ada jastip orang mudik atau kurir pribadi khusus untuk yang di Samarinda,” ucapnya. (adv)

BERITA TERKAIT

    Advertorial

    Industri Jamu Justru Tumbuh di Masa Pandemi Covid-19

    PusaranMedia.com

    Beberapa varian jamu dari djamoe tempo dulu (Foto: ist)

    Sebelum pandemi, Saidah mengatakan hanya berhasil menjual 20 hingga 25 botol per hari. Namun, sekarang pemesanan justru meningkat hingga 50 botol setiap harinya. Ia bahkan mampu meraup untung Rp3 juta per bulannya. 

    Pembuatan jamu ini dikerjakan Saidah bersama abah dan ibunya, bahkan ibunya juga ikut membantu dalam mempromosikan di media sosial. Selain itu, dirinya juga berprofesi sebagai guru TK. 

    “Lumayan kewalahan juga kemarin, biasanya kan cuma ngerebus satu panci, tapi pas ramai itu sampai dua kali kita ngerebusnya, pagi dan siang,” tuturnya.

    Tidak hanya di Tenggarong, Saidah menjual jamunya hingga ke Samarinda, dan hulu Mahakam, seperti Muara Kaman dan Sebulu. “Ada jastip orang mudik atau kurir pribadi khusus untuk yang di Samarinda,” ucapnya. (adv)

    Industri Jamu Justru Tumbuh di Masa Pandemi Covid-19

    Beberapa varian jamu dari djamoe tempo dulu (Foto: ist)

    Reporter: Lodya Astagina | Editor: Supiansyah 

    TENGGARONG - industri jamu justru menjadi salah satu usaha yang tidak terdampak Covid-19. Minuman tradisional Indonesia ini menjadi populer di masa pandemi Covid-19. 

    Pemilik Djamoe Tempo Dulu, Saidah mengatakan jamu, khususnya berbahan jahe baik untuk menjaga imun tubuh. 

    “Selama pandemi ini kita juga buat jamu baru namanya daya tahan tubuh, ada jahe, serai, temulawak dan kunyit,” jelas Saidah, Selasa (3/11/2020). 

    Saidah sudah menekuni usaha jamu ini sejak 2016. Berawal dari dirinya yang hobi mengkonsumsi jamu dan membuat jamu sendiri hingga akhirnya ia memutuskan untuk menjualnya. 

    “Sering buat sendiri, tapi setiap buat banyak satu panci, kalau minum buat sendiri nggak habis, terus dibagikan ke teman-teman, dan tetangga, pada suka bilang enak jamunya,” ujarnya. 

    Variasi jamu yang dijual Djamoe Tempo Dulu juga beragam, mulai dari kunyit asem, jamu susut perut, jamu maag dan jamu rempah-rempah lainnya sesuai dengan kebutuhan dan permintaan dari konsumen. 

     

    Sebelum pandemi, Saidah mengatakan hanya berhasil menjual 20 hingga 25 botol per hari. Namun, sekarang pemesanan justru meningkat hingga 50 botol setiap harinya. Ia bahkan mampu meraup untung Rp3 juta per bulannya. 

    Pembuatan jamu ini dikerjakan Saidah bersama abah dan ibunya, bahkan ibunya juga ikut membantu dalam mempromosikan di media sosial. Selain itu, dirinya juga berprofesi sebagai guru TK. 

    “Lumayan kewalahan juga kemarin, biasanya kan cuma ngerebus satu panci, tapi pas ramai itu sampai dua kali kita ngerebusnya, pagi dan siang,” tuturnya.

    Tidak hanya di Tenggarong, Saidah menjual jamunya hingga ke Samarinda, dan hulu Mahakam, seperti Muara Kaman dan Sebulu. “Ada jastip orang mudik atau kurir pribadi khusus untuk yang di Samarinda,” ucapnya. (adv)