Reporter: Achmad Fadillah | Editor: Buniyamin
BALIKPAPAN - Kepala Seksi (Kasi) Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama (Kemenag) Kota Balikpapan, Suharto Bajuri menanggapi fenomena jemaah yang masih memiliki pemahaman keliru soal ibadah haji, khususnya terkait 'cita-cita' meninggal dunia di Tanah Suci.
Ini disampaikannya untuk menanggapi kabar rutin setiap musim haji mengenai jemaah yang wafat di Tanah Mekkah, bahkan tak jarang masyarakat menganggap kematian di sana adalah bentuk doa yang dikabulkan.
"Memang ada jemaah yang secara sadar meminta agar meninggal di sana, tapi saya selalu sampaikan dalam manasik bahwa haji itu bukan untuk berangkat mati, melainkan untuk beribadah," ucap Suharto, Rabu (18/6/2025).
Untuk itu, ia menegaskan niat berhaji harus diluruskan sejak awal. Sebab, banyak masyarakat belum memahami bahwa berhaji bukanlah soal mencari gelar atau akhir hidup, melainkan bentuk ketaatan dalam menunaikan rukun Islam kelima.
"Saya selalu sampaikan di setiap kegiatan ataupun pengajian, bahwa jemaah itu jangan niat pergi untuk mati. Haji itu ibadah. Sama seperti salat di masjid atau puasa. Jadi bukan soal gelar atau mati di Mekkah, tetapi menjawab panggilan Allah," ujarnya.
Suharto juga mengisahkan beberapa pengalaman saat menerima jemaah lanjut usia yang datang dengan niat meninggal di Tanah Suci.
"Sering saya temui bapak-bapak atau ibu-ibu datang ke kantor dan bilang, pak saya siap mati di sana yang penting bisa haji, ini 'kan perlu diluruskan. Saya bilang, Bapak pergi haji itu bukan untuk mati, tapi untuk ibadah. Kalau niatnya sudah salah, maknanya jadi tidak tepat," jelasnya.
Ia menambahkan, tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan berhaji, bahkan mereka yang secara finansial mampu. "Ada orang yang bayar haji furoda sampai Rp800 juta hingga Rp1 miliar, tapi tetap tidak bisa berangkat karena belum ada panggilan Allah. Jadi ini soal takdir, bukan sekadar keinginan," terangnya.
Suharto pun menegaskan bahwa ibadah haji harus dimaknai sebagai perjalanan spiritual yang dijalani dengan penuh kesiapan fisik dan mental.
Ia berharap masyarakat tidak lagi menganggap berhaji sebagai ajang mencari gelar atau tempat wafat yang diidamkan. "Orang pergi ibadah itu harapannya pergi sehat, pulang sehat. Seperti salat ke masjid, bukan untuk mati," pungkasnya.