Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan
Banner ADV

Bocah 11 Tahun Diserang Hiu, Saga Imbau Warga dan Wisatawan Berhati-hati saat Berada di Pantai

Anggota DPRD Berau, Saga. (Foto: Nur Hidayah/Pusaranmedia.com)

BERITA TERKAIT

    Banner ADV

    DPRD Kabupaten Berau

    Bocah 11 Tahun Diserang Hiu, Saga Imbau Warga dan Wisatawan Berhati-hati saat Berada di Pantai

    PusaranMedia.com

    Anggota DPRD Berau, Saga. (Foto: Nur Hidayah/Pusaranmedia.com)

    Banner ADV

    Bocah 11 Tahun Diserang Hiu, Saga Imbau Warga dan Wisatawan Berhati-hati saat Berada di Pantai

    Anggota DPRD Berau, Saga. (Foto: Nur Hidayah/Pusaranmedia.com)

    Reporter: Nur Hidayah | Editor: Bambang Irawan

    TANJUNG REDEB - Insiden langka dan menggemparkan terjadi di wilayah pesisir Kabupaten Berau, tepatnya di Kampung Teluk Alulu, Kecamatan Maratua. Seorang anak laki-laki berusia 11 tahun menjadi korban serangan hiu saat sedang mencari udang di perairan Pulau Semut. 

    Kejadian ini mendapat perhatian serius dari anggota DPRD Berau, Saga, yang menyampaikan keprihatinannya sekaligus memberikan imbauan penting kepada masyarakat.

    “Ini musibah yang sangat memilukan, dan kejadian seperti ini baru saya dengar lagi setelah puluhan tahun. Sejak saya lahir sampai sekarang, belum pernah saya dengar kasus seperti ini terjadi di Maratua,” ucapnya, Rabu (18/6/2025).

    Menurut informasi yang diterima dari masyarakat setempat, perairan Pulau Semut memang dikenal sebagai lokasi bermain anak-anak hiu. Namun, sebelumnya tidak pernah terlihat induk hiu apalagi terjadi serangan terhadap manusia. 

    “Baru kali ini ada kasus seperti ini, masyarakat pun bingung. Ini sangat langka,” imbuhnya.

    Politikus dari Daerah Pemilihan (Dapil) pesisir ini juga menyampaikan keprihatinan mendalam dan mengajak semua pihak untuk mengevaluasi kemungkinan penyebab insiden tersebut. 

    Ia bahkan menyinggung keyakinan masyarakat lokal yang percaya akan adanya “penunggu” atau kekuatan alam yang bisa marah apabila wilayahnya diganggu, seperti dengan membuang sampah sembarangan.

    “Di daerah tertentu kadang ada pantangan yang tak boleh dilanggar. Bisa jadi ada hal-hal yang dilanggar tanpa kita sadari. Keyakinan orang tua dulu percaya kalau tempat tertentu ada penunggunya, dan jika marah bisa menimbulkan kejadian yang membahayakan, termasuk lewat perantara seperti buaya atau hiu,” ujarnya.

    Ia juga menegaskan pentingnya kewaspadaan bagi warga pesisir, khususnya di Maratua, yang kerap melakukan aktivitas di laut seperti menyelam dan mencari hasil laut. Ia menilai perlu dilakukan kajian menyeluruh terhadap kondisi perairan di Pulau Semut dan sekitarnya.

    “Bisa saja hiu tersebut merasa terusik atau ada faktor lain. Maka dari itu saya imbau masyarakat berhati-hati. Jangan sampai kejadian serupa terulang. Apalagi kawasan itu juga dekat dengan objek wisata seperti pulau Gusung Sanggalau,” terangnya.

    Tak hanya itu, ia juga membuka wacana perlunya pembatasan sementara aktivitas wisata di Pulau Semut, demi keselamatan bersama. 

    “Saya kira penting untuk mempertimbangkan pengisolasian sementara sampai dinyatakan aman. Ini demi keselamatan warga dan wisatawan,” tegasnya.

    Ia juga meminta aparat kampung dan tokoh masyarakat setempat untuk turut memberikan imbauan pada warganya, terutama anak-anak dan nelayan yang kerap beraktivitas di perairan sekitar.

    “Musibah ini adalah pengingat agar kita lebih waspada. Kita evaluasi bersama dan cari tahu penyebab pastinya. Dan kepada masyarakat yang ingin ke Pulau Semut, saya harap bisa menahan diri dulu, atau minimal meningkatkan kehati-hatian,” pungkasnya. (Adv)