Reporter: Achmad Fadillah | Editor: Bambang Irawan
BALIKPAPAN - Deputi Direktur Bank Indonesia (BI) Balikpapan, Robi Ariadi mengungkapkan tren pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) di perbankan saat ini masih didominasi oleh dana mahal seperti deposito dan giro, ketimbang dana murah seperti tabungan.
Menurutnya, proporsi DPK yang tinggi pada deposito menunjukkan karakteristik nasabah yang lebih memilih menyimpan dana dalam bentuk investasi berjangka dengan bunga yang lebih tinggi, meski berdampak pada beban bunga yang ditanggung perbankan.
"Kalau kita lihat komposisinya, kebanyakan DPK di perbankan adalah dana mahal. Bunga deposito bisa mencapai 3 sampai 6 persen, sementara tabungan hanya di kisaran 1 sampai 2 persen. Artinya bank harus mengeluarkan biaya lebih besar untuk mengelola dana mahal tersebut," jelas Robi, Rabu (18/6/2025).
Ia menyebut preferensi masyarakat terhadap deposito atau giro menunjukkan kecenderungan mencari imbal hasil lebih tinggi, sekaligus menjadi tantangan bagi perbankan dalam menjaga efisiensi pengelolaan dana.
Analis Fungsi Data dan Statistik Ekonomi & Keuangan BI Balikpapan, Aris Rusdianto menambahkan meski proporsi dana mahal cukup tinggi, struktur DPK di Balikpapan masih tergolong sehat dari sisi likuiditas.
"Kalau kita lihat postur DPK saat ini, tabungan menyumbang sekitar 49 persen, dan giro sekitar 30,5 persen. Artinya, sekitar 80 persen DPK masih didominasi oleh dana murah atau Current Account and Saving Account (KASA)," ucap Aris.
Ia menegaskan dominasi dana murah tersebut menunjukkan kekuatan likuiditas perbankan di Balikpapan masih terjaga dengan baik.
"Kondisi ini cukup menggembirakan karena likuiditas mayoritas dipenuhi dari tabungan dan giro. Itu artinya masyarakat masih menaruh kepercayaan tinggi pada sistem perbankan," pungkasnya.