Reporter : Nur Hidayah | Editor : Buniyamin
TANJUNG REDEB – Dampak banjir yang baru-baru ini melanda tiga kampung di Kabupaten Berau, yakni Bena Baru, Pegat Bukur dan Inaran disorot kalangan legislatif.
Alasannya karena wilayah-wilayah tersebut dikenal sebagai sentra pertanian padi dan sayur mayur, tapi kini sebagian besar lahan produktif mereka terendam air dan gagal panen.
Ketua Komisi II DPRD Berau, Rudi P Mangunsong menyampaikan keprihatinannya atas kondisi para petani yang kini kesulitan untuk kembali menggarap sawah mereka.
Ia mendorong pemerintah daerah dan semua pihak terkait, termasuk perusahaan-perusahaan yang beroperasi di sekitar wilayah terdampak, untuk segera turun tangan membantu para petani.
“Mudah-mudahan bantuan dari masyarakat dan perusahaan-perusahaan bisa membantu meringankan beban mereka. Pemerintah daerah juga harus proaktif. Seperti di Pegat Bukur, Bena Baru, dan Inaran, lahan-lahan sawah mereka habis terendam banjir, jadi mereka susah untuk menanam kembali,” ucapnya, Kamis (19/6/2025).
Lebih lanjut, Rudi mengingatkan pentingnya momen penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk memasukkan program antisipasi bencana, khususnya yang menyasar sektor pertanian dan perkebunan.
Menurutnya, perubahan kondisi geografis dan cuaca yang semakin ekstrem harus direspons dengan kebijakan yang tepat.
“RPJMD ini kan dasar dari visi-misi bupati. Jadi sudah saatnya arah pembangunan melihat realitas alam yang kita hadapi sekarang. Dampak bencana itu bukan cuma kerusakan fisik, tapi juga pada sektor pertanian yang menyangkut langsung pada ketahanan pangan dan kesejahteraan warga,” tegasnya.
Ia berharap ke depan, pembangunan pertanian di Berau bisa lebih adaptif terhadap bencana, termasuk dengan membangun infrastruktur pendukung seperti saluran irigasi tahan banjir atau program asuransi pertanian.
“Kalau tidak diantisipasi sejak sekarang, petani kita akan terus menjadi korban setiap musim penghujan,” pungkasnya. (Adv)