Reporter: Aswin | Editor: Bambang Irwan
TENGGARONG — Desa Ponoragan, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dikenal sebagai salah satu sentra pertanian dalam arti luas di Kalimantan Timur (Kaltim).
Dari total penduduk sekitar kurang lebih dua ribu jiwa, mayoritas warganya bergerak di sektor pertanian, khususnya perikanan, peternakan, dan tanaman pangan.
Kepala Desa Ponoragan, Sarmin, menuturkan sektor perikanan merupakan yang paling menonjol di desanya. Hal ini terlihat dari dominasi kegiatan pembudidayaan ikan air tawar dibandingkan pembibitan.
"Mayoritas lahan di Ponoragan digunakan untuk budidaya ikan air tawar. Desa kami bahkan sudah dikenal sebagai salah satu penghasil bibit ikan air tawar di Kalitim," ungkapnya, Senin (23/6/2025).
Bibit ikan dari Ponoragan telah didistribusikan ke berbagai wilayah di Kaltim, bahkan sampai ke Kalimantan Utara. Setiap bulannya, desa ini mampu memproduksi bibit ikan dalam jumlah besar.
"Permintaan datang hampir setiap hari dari para petani. Rata-rata bibit sudah bisa dipasarkan dalam satu bulan," tambah Sarmin.
Sistem penjualan umumnya menggunakan satuan ekor. Berdasarkan laporan dari kelompok peternak, jumlah bibit yang diproduksi bisa mencapai 15 juta hingga 20 juta ekor per tahun.
Selain memproduksi bibit, masyarakat Ponoragan juga mulai mengembangkan produk turunan dari ikan air tawar sebagai bentuk hilirisasi. Melalui pelaku UMKM, berbagai olahan ikan seperti keripik ikan, abon, pempek, hingga pentol ikan kini mulai dipasarkan.
Namun, untuk saat ini, pemasaran produk olahan masih terbatas di wilayah sekitar desa. "Produksinya masih terbatas. Ikan besar jika masih laku dijual mentah, biasanya lebih dipilih untuk dijual mentah oleh masyarakat," jelas Sarmin.
Menjaga kualitas bibit juga menjadi perhatian penting. Tidak semua bibit layak untuk dibudidayakan, sehingga dilakukan proses seleksi. Bibit yang tidak memenuhi standar tidak dibuang begitu saja, melainkan diolah menjadi produk bernama baby fish, yang juga dikelola oleh UMKM setempat.
"Mungkin di Kaltim belum ada yang memproduksi baby fish. Ini menjadi inovasi kami agar bibit yang tak layak tanam tetap bisa dimanfaatkan dan tidak merugikan para petani keramba," terang Sarmin.
Potensi produk ini pun sudah diperkenalkan ke tingkat nasional. Pemerintah desa bersama pelaku UMKM sempat mengikuti pameran di Jakarta untuk mempromosikan beberapa produk. Hasilnya cukup membanggakan.
"Alhamdulillah, saat kami ikut pameran di Jakarta, bahan bakunya malah kurang karena peminatnya banyak. Ternyata dari sekian banyak peserta, hanya Ponoragan yang membawa produk bibit seperti ini," pungkasnya. (Adv)