Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan

90 Ton Sampah Masuk TPA Batota Per Hari, DLH Kutim Gencarkan Edukasi Pilah Sampah

Potret sampah di Kutim. (Foto: Istimewa)

BERITA TERKAIT

    Kalimantan Timur

    90 Ton Sampah Masuk TPA Batota Per Hari, DLH Kutim Gencarkan Edukasi Pilah Sampah

    PusaranMedia.com

    Potret sampah di Kutim. (Foto: Istimewa)

    90 Ton Sampah Masuk TPA Batota Per Hari, DLH Kutim Gencarkan Edukasi Pilah Sampah

    Potret sampah di Kutim. (Foto: Istimewa)

    Reporter Siswandi Editor Buniyamin 

    SANGATTA – Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Batota di Jalan Poros Sangatta–Bengalon, Kabupaten Kutum mengalami overload.

    Kini, TPA tersebut hanya mampu menampung sekitar 30 persen dari total sampah harian yang masuk.

    Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kutim, Dewi menyebut volume sampah yang masuk ke TPA setiap harinya mencapai sekitar 90 ton.

    Sementara kapasitas idealnya hanya sekitar 27 ton, khusus untuk residu yang tidak bisa didaur ulang. “Kita harus mampu mengurangi 70 persen sampah sejak dari sumbernya. TPA hanya boleh menampung residu,” ujar Dewi.

    DLH Kutim mendorong masyarakat untuk memilah sampah dari rumah sebagai langkah utama pengurangan beban TPA. Sampah seperti plastik, kardus dan sisa makanan dinilai masih memiliki nilai ekonomi dan tidak semestinya langsung dibuang.

    “Sisa makanan banyak peminatnya. Kalau masyarakat memilah, banyak yang bisa dimanfaatkan,” katanya.

    Menurutnya, sekitar 50 persen sampah di Kutim berasal dari Kecamatan Sangatta Utara dan Sangatta Selatan. Kedua wilayah itu menjadi prioritas dalam pengelolaan sampah terintegrasi.

    Untuk mengatasi persoalan tersebut, pemerintah tengah mempercepat pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di dua kecamatan tersebut. Targetnya, pengadaan lahan rampung tahun ini.

    Selain itu, DLH juga meluncurkan program pendampingan pengelolaan sampah berbasis masyarakat di tingkat Rukun Tetangga (RT). Setiap desa akan menunjuk tiga RT yang dinilai siap dan memiliki komitmen untuk dibina dalam program pilah sampah.

    “Secara regulasi, tanggung jawab pengelolaan sampah ada pada penghasilnya, yakni masyarakat. Dan yang paling dekat dengan masyarakat adalah RT,” ucap Dewi.

    Ia menegaskan, jika masyarakat konsisten memilah sampah, maka potensi daur ulang sangat besar. Kini, limbah organik bahkan menjadi incaran pelaku usaha peternakan dan budidaya maggot.

    “Maggot center kita kekurangan pakan. Bank sampah juga siap menjemput dan membeli plastik yang bernilai ekonomis,” pungkasnya.