Reporter: Lodya Astagina | Editor: Supiansyah
TENGGARONG - Kebakaran yang terjadi di Pondok Pesantren Al-Mahsyar Nurul Iman Desa Teluk Dalam, Kecamatan Tenggarong Seberang disebabkan karena gangguan instalasi listrik. Alat bukti yang diamankan berupa sembilan kerangka kipas angin dan kabel serabut yang mengalami gangguan.
“Hasil yang ditemukan banyak gangguan instalasi, ada sekitar 20 titik,” ungkap Kaur Inafis Satreskrim Polres Kukar, Aiptu Dian Heri Wahyudi usai lakukan olah TKP, Rabu (1/9/2021).
Satu ruangan konstruksi bangun beton yang menjadi tempat asrama putra habis terbakar dengan isinya. Sedangkan dua ruangan yang ada pada sisi kiri dan kanan alami rusak ringan. Kebakaran itu terjadi pada Selasa (31/8/202) malam kemarin pukul 18.30 Wita.
Ruangan yang terbakar ada di lantai dua yang terbagi menjadi empat ruangan. “Yang terbakar asrama santri, satu bangunan delapan kamar. Yang lantai dua, satu kamar habis (terbakar), dua terdampak sedang,” jelasnya.
Luas keseluruhan bangunan 40 meter x 8 meter, untuk lantai satu digunakan sebagai ruang belajar santri dan lantai dua untuk tempat istirahat. Satu kamar berisi 12 ranjang kayu susun yang mampu menampung 24 orang santri.
Dian menjelaskan, hampir pada masing-masing tempat tidur ditemukan adanya terminal listrik yang digunakan para santri. Dia banyak menemukan kabel yang tidak semestinya dipergunakan dengan kapasitas pemakaian yang besar. Ada juga ditemukan kabel serabut tipis yang digunakan oleh santri, yang dimana para santri ini masih awam pemahamannya terkait kelistrikan.
“Banyak pemakaian yang digunakan, seperti kipas angin, 12 unit dengan ukuran bervariasi, kemudian banyak terminal, mata terminal,” sebutnya.
Hal itu dikatakan Dian yang dapat menjadi pemicu korsleting listrik, karena banyaknya pemakaian yang menyebabkan penyaluran arus listrik yang tidak sesuai dengan ukurannya. Sehingga dapat menimbulkan panas dan memicu api.
Kepala Madrasah Ponpes Al-Mahsyar Nurul Iman, Awal Sapariadi menjelaskan, saat kebakaran terjadi hampir seluruh santri berada di masjid untuk menunaikan salat magrib. Beberapa santri memang ada di ruang UKS, tepatnya di lantai satu pojok kanan gedung. Ia telah memastikan, semua santri dan santriwati telah diamankan, untuk sementara mereka dipindahkan ke gedung serbaguna. “Hanya ada beberapa yang sakit yang ada di UKS,” ucapnya.
Dirinya menerangkan, setiap kamar santri telah difasilitasi dua kipas angin besar. Tapi, karena ranjang dua tingkat menyebabkan santri yang tidur di tingkat bawah tidak terkena kipas. Sehingga, pihak ponpes pun mengizinkan santri untuk membawa kipas angin dengan ukuran sedang.
“Ranjang asrama biasa atas bawah, yang bawah enggak kena kipas. Jadi kita mengizinkan mereka membawa kipas angin,” tukasnya.