Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan

Sumpit, Senjata Berburu yang Dilestarikan Menjadi Olahraga Tradisional 

Warga Bontang tengah memainkan sumpit di halaman rumah adat Kutai di Kelurahan Guntung. (Foto: Abdi/pusaranmedia.com).

BERITA TERKAIT

    Kalimantan Timur

    Sumpit, Senjata Berburu yang Dilestarikan Menjadi Olahraga Tradisional 

    PusaranMedia.com

    Warga Bontang tengah memainkan sumpit di halaman rumah adat Kutai di Kelurahan Guntung. (Foto: Abdi/pusaranmedia.com).

    Sumpit, Senjata Berburu yang Dilestarikan Menjadi Olahraga Tradisional 

    Warga Bontang tengah memainkan sumpit di halaman rumah adat Kutai di Kelurahan Guntung. (Foto: Abdi/pusaranmedia.com).

    Reporter: Abdi | Editor: Buniyamin 

    BONTANG – Senjata berburu, Sumpit, kini dilestarikan menjadi olahraga tradisional di Kalimantan, tepatnya di Kota Bontang. 

    Bendahara Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI) Bontang, Rita mengaku di Kelurahan Guntung, sumpit dilestarikan menjadi olahraga tradisional sejak tahun 2000-an. Meski keberadaan sumpit sudah ada sejak puluhan tahun silam. 

    Pembuatan sumpit dulunya sangat rumit dan tidak semudah pembuatan sumpit seperti sekarang ini. 

    Untuk membuat sumpit secara tradisional, bahan utama yang digunakan adalah kayu ulin yang dilubangi pada bagian tengahnya menggunakan bor secara manual dan harus sangar hati-hati agar lubang yang dihasilnya lurus. 

    Setelah itu, barulah kayu dibentuk membulat seperti pipa dan terakhir dihaluskan pada seluruh sisinya, dari ujung masuknya peluru sumpit hingga bagian keluarnya anak sumpit. 

    Tetapi kata Rita, sumpit yang dibuat dengan cara manual atau dibor sedikit sulit apabila digunakan untuk bertanding dalam olahraga tradisional. Sebab terkadang lubang yang dibuat pada kayu kadang tidak lurus. 

    “Kalau untuk berburu masih cocok ya, kalau untuk lomba sedikit susah untuk dapatkan skor (Nilai). Kadang ada yang bengkok bagian dalamnya,” ucap Rita kepada pusaranmedia.com. Minggu (19/9/2021) sore. 

    Sumpit yang kerap digunakan saat pertandingan olahraga tradisional telah dimodifikasi atau pembuatannya sudah terbilang modern. Cara membuatnya sumpit modern tidak jauh berbeda dengan sumpit yang dibuat secara tradisional, bedanya pembuatan sumpit untuk lomba dengan cara, yakni kayu ulin yang lurus dibelah menjadi dua bagian. 

    Setelah itu, pada bagian tengah kayu yang dibelah dibuat semacam parit lurus, sesuai dengan ukuran sumpit yang akan buat. Lalu, dibagian tengah kayu yang dibuat semacam lubang memanjang (parit) tadi, disisipkan pipa besi yang lurus sesuai dengan ukuran parit yang dibuat. 

    Kemudian kedua sisi kayu kembali direkatkan menggunakan lem, dibiarkan beberapa saat agar kedua belah sisi merekat dan sumpit  pun dibentuk bulat. Terakhir pada ujung sumpit dipasangkan sebuah mata tombak. 

    Ukuran sumpit sendiri bervariasi, mulai panjang 1,75 meter hingga 2,5 meter. Dengan diameter lubang sumpit dari 10 milimeter sampai 14 milimeter. 

    “Tahu ada sumpit yang didalamnya ada pipa besi waktu tanding sama orang Serawak di Pontianak dan Singkawang, dan sumpit mereka semuanya begitu. Jadi sumpit sekarang ini sedikit dimodifikasi, rata-rata komunitas sumpit pakenya yang ini (sudah diubah),” papar wanita yang juga menjadi atlet sumpit Bontang. 

    Sementara untuk panjang peluru sumpit memiliki panjang dari 20-25 centimeter, pada umumnya anak sumpit terbuat dari batang bambu dan kayu ulin.  Pimping atau bagian kemudi anak (peluru) sumpit memiliki panjang 2-3 centimeter yang terbuat dari kayu pelai atau teberau. Tapi sekarang, anak sumpit  kebanyakan terbuat dari karbon dan fiber. 

    Memainkan sumpit tidak semudah seperti yang terlihat, saat menggunakan sumpit, terutama yang harus dikuasai adalah teknik pernafasan, udara dari perut ditarik kemudian alirkan ke rongga dada barulah nafas dihembuskan sekuat-kuatnya melalui mulut. Saat bersamaan dengan keluarnya hembusan nafas, kekuatan fisik, keseimbangan tangan saat memegang sumpit, kejelian mata dan prediksi yang akurat.  Semuanya harus fosuk secara serentak. 

    “Kalau niupnya (Sumpit) seperti niup lilin atau korek api, bagian rahang mulut pasti terasa sakit. Apalagi jika menggunakan sumpit dengan teknik jongkok, kalau perut terjepit nafas  juga kurang plong keluarnya,” jelasnya. 

    Seseorang bisa lihai saat menggunakan sumpit tergantung kegigihan orang tersebut dalam berlatih. Bagi Rita hanya membutuhkan waktu sebulan untuk bisa mahir menggunakan sumpit dengan jarak 15 meter dan mampu menembakkan sumpit dari jarak 25 meter untuk mengenai sasaran.