Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan

Bayi Pesut Mahakam Ditemukan Mati di Perairan Kedang Kepala

Bayi pesut yang ditemukan mati si Perairan Sungai Kedang Kepala, Muara Kaman (Foto: ist)

BERITA TERKAIT

    Kalimantan Timur

    Bayi Pesut Mahakam Ditemukan Mati di Perairan Kedang Kepala

    PusaranMedia.com

    Bayi pesut yang ditemukan mati si Perairan Sungai Kedang Kepala, Muara Kaman (Foto: ist)

    Bayi Pesut Mahakam Ditemukan Mati di Perairan Kedang Kepala

    Bayi pesut yang ditemukan mati si Perairan Sungai Kedang Kepala, Muara Kaman (Foto: ist)

    Reporter: Lodya Astagina | Editor: Supiansyah 

    TENGGARONG - Seekor bayi pesut Mahakam  berjenis kelamin jantan kembali ditemukan mati di KM 1 sungai Kedang Kepala, Kecamatan Muara Kaman,  Rabu (22/9/2021) pagi. 

    Ini merupakan kematian kedua bayi pesut setelah sebelumnya  juga ditemukan di perairan Desa Tanjung Batu, Kecamatan Tenggarong Seberang.

    Peneliti di Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI), Danielle Kreb menyebutkan, ini adalah kematian pesut yang keenam kalinya di tahun 2021. “Untuk kasus ini bayi kedua,” sebutnya saat dikonfirmasi, Kamis (23/9/2021). 

    Bangkai pesut tersebut pertama kali ditemukan oleh salah satu nelayan yang hendak mencari kayu bakar pagi itu. Tak lama setelah itu, bayi pesut langsung dibawa ke pos pantau pesut di Dusun Muara Kedang, Desa Bukit Jering. Sebelum dikuburkan, telah dilakukan dokumentasi, pengukuran, dan nekropsi pun oleh tim gabungan BKSDA dan YK-RASI.

    Danielle mengatakan, belum diketahui penyebab kematian bayi pesut itu. Tapi dia menerangkan, pihak BKSDA telah mengambil sample untuk dikirimkan ke laboratorium guna penelitian lebih lanjut. “Kematiannya ada beberapa penyebab, ada yang belum diketahui betul, ada yang masih nunggu laporan. Memang dalam waktu beberapa bulan terakhir tiga yang mati,” katanya. 

    Dia tak mau mengambil kesimpulan tanpa ada hasil yang jelas. Namun yang pasti, Danielle menceritakan, ditemukan pesut betina dewasa dan ditemukan ada jaring di dalam lambungnya. Saat ditemukan pesut tersebut juga masih segar, sehingga diduga jaring itu lah yang menyebabkan kematiannya. 

    Dua minggu setelahnya, dijumpai di ilir sungai Mahakam bayi pesut mati untuk pertama kalinya. Meski belum dilakukan pemeriksaan, pihaknya memperkirakan bayi pesut itu baru lahir dan tidak bisa bertahan hidup karena induknya pun telah mati karena jaring dilambungnya. “Bisa jadi itu bayinya yang baru lahir, bisa jadi mati karena akhirnya induknya sudah tidak ada, jadi tidak bisa makan atau minum susu juga,” ucapnya. 

    Untuk bayi kedua ini, pihaknya belum dapat menyimpulkan dengan pasti. Yang jelas catatan pentingnya, bayi pesut itu berada di perairan yang sering menjadi lintasan kapal tongkang dalam jumlah besar. 

    Dia berpesan, jika ada masyarakat yang menemukan pesut mati harus segera melapor pada BKSDA agar dapat diidentifikasi penyebab kematiannya. Karena dia mengaku, pernah ada pesut mati juga di Sungai Kedang Kepala, tapi tidak dilaporkan dan langsung dikuburkan begitu saja. “Otomatis itu menimbulkan pertanyaan kenapa dia mati. Harusnya kalau ada yang mati lapor. Apalagi simbiosis ini sudah terancam punah, kita harus tahu kenapa dia mati,” jelasnya. 

    Data terakhir tahun 2019 diperkirakan ada 80 spesies pesut di perairan sungai Mahakam. Untuk tahun ini, dia belum dapat menyebutkan jumlah pasti spesies langka itu, karena masih dalam tahap identifikasi. Dia memastikan dalam waktu dekat akan mengumumkan jumlah terbaru pesut yang masih hidup. “Perkiraan 80, bisa saja di bawah itu. Mudah-mudahan dalam waktu dekat kami umumkan yang terbaru,” pungkasnya.