Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan

Nelayan Muara Muntai Tangkap Puluhan Ekor Ular Besisi

Tangkapan layar dari video yang beredar di media sosial menampakkan seorang warga sedang memasukan ular ke dalam karung. Foto: (Istimewa)

BERITA TERKAIT

    Kalimantan Timur

    Nelayan Muara Muntai Tangkap Puluhan Ekor Ular Besisi

    PusaranMedia.com

    Tangkapan layar dari video yang beredar di media sosial menampakkan seorang warga sedang memasukan ular ke dalam karung. Foto: (Istimewa)

    Nelayan Muara Muntai Tangkap Puluhan Ekor Ular Besisi

    Tangkapan layar dari video yang beredar di media sosial menampakkan seorang warga sedang memasukan ular ke dalam karung. Foto: (Istimewa)

    Reporter: Lodya Astagina | Editor: Supiansyah 

    TENGGARONG - Beredar video singkat di jagat maya menampakkan puluhan ekor ular jenis piton dalam sebuah perahu kecil, yang berhasil ditangkap oleh warga di Kecamatan Muara Muntai. 

    Mantan Camat Muara Muntai, Muhammad Dahlan menerangkan, warga sekitar lebih akrab menyebutnya dengan sebutan ular besisi. Faktanya, ular tak beracun ini memang diperjual belikan oleh warga yang biasa menangkapnya. 

    Biasanya akan ada salah seorang warga yang mencari ular itu, khususnya saat kondisi air sungai sedang pasang naik. Dahlan menyebutkan, saat air dalam ular tersebut akan melimpah. “Kadang air dalam maupun tidak itu memang dicari,” ujarnya. 

    Cara menangkapnya pun terbilang tidak sulit dan cukup mudah, hanya perlu menggunakan jaring tangkap. Tak jarang, ular ini pun tersangkut di jaring nelayan. Jika tersangkut, maka nelayan akan menyimpannya untuk dijual dan dicarikan pembelinya. “Memang ada pencarinya, ada usahanya, ada pembelinya,” katanya.

    Dahlan mengatakan, ular itu akan diolah untuk dikonsumsi sebagai obat. Kulitnya juga akan digunakan sebagai bahan penunjang penampilan, seperti pembuatan tas dan ikat pinggang. 

    Masih belum diketahui, apakah ular besisi ini termasuk dalam satwa yang dilindungi atau tidak. Fenomena ini pun bukan hal baru lagi di Muara Muntai. Menurut Dahlan, warga sekitar terbiasa dengan adanya siklus pencarian dan penjualan satwa ukuran sekitar satu meter setengah itu. 

    “Istilahnya ini disebut musiman ya musiman, karena masyarakat nelayan itu memang penghasil itu, dijual,” tutupnya.