Reporter: Diansyah | Editor: Supiansyah
NUNUKAN - Nyaris memasuki dua tahun pandemi Covid-19 yang melanda seantero negeri, sejumlah kegiatan usaha baik jasa dan industri mengalami dampak yang cukup signifikan.
Tidak terkecuali, untuk sektor jasa travel umrah yang cukup terdampak terhadap wabah dimaksud, di mana sejak Kerajaan Arab Saudi menghentikan kegiatan ibadah haji dan umrah dari sejumlah negara, membuat pengusaha semakin terpukul.
Belum lagi, keputusan pemerintah yang menetapkan tahun ini tidak memberangkatkan jemaah haji membuat sejumlah pengusaha travel haji plus harus memutar otak menutupi kebutuhan gaji karyawan mereka.
Seperti halnya diungkapkan salah satu pengusaha travel asal Nunukan, H Nur Rahmat, kepada pusranmedia.com. Dikatakan Rahmat, pihaknya harus mensiasati pemasukannya untuk tetap membiayai gaji karyawannya tersebut.
"Untuk tahun pertama mungkin masih aman, tapi masuk tahun kedua, agak mulai keteteran kita. Karena tidak ada pemasukan sama sekali, dan saya juga tidak ingin mengurangi jumlah karyawan saya," ujar Pimpinan Travel Umroh dan Haji Annur Kaltara Arafah ini.
Dikatakan Rahmat, dirinya tak ingin membuat karyawannya selama ini bekerja dengannya, harus kesusahan dan berhenti bekerja tanpa penghasilan sama sekali. Dan ini menjadi beban tersendiri bagi dirinya, untuk memutar akal agar bisa memberikan gaji kepada karyawan-karyawannya tersebut.
Mulai dari bisnis berjualan air zam-zam, air mineral hingga berjualan cincin berlian pun dilakoni, anggota aktif Kepolisian Resor (Polres) Nunukan ini.
"Saya setiap bulannya harus memastikan, tanggung jawab saya kepada karyawan tetap berjalan. Meski memang ada pengurangan gaji, tapi minimal karyawan saya setiap bulannya ada pemasukan," ungkapnya.
Dijelaskan Rahmat, pihaknya terakhir kali memberangkatkan jemaah umrah pada Januari 2020 lalu, dan pada saat Februari 2020 lalu, pihaknya dengan terpaksa harus memulangkan jemaahnya yang sudah berada di Malaysia, lantaran, secara mendadak Kerajaan Arab Saudi mengeluarkan kebijakan lockdown dan menutup kegiatan ibadah umrah, untuk jemaah yang berasal dari Malaysia maupun Indonesia.
Sejak saat itu, pendaftaran peserta umrah pun perlahan berkurang. Meski diakui Rahmat, dalam kondisi itu, ada saja calon jemaah yang mempercayakan travelnya sebagai sarana pemberangkatan menuju Tanah Suci Mekkah.
"Alhamdulillah ada saja, dan banyak juga jemaah kita yang sudah sangat rindu mengunjungi Mekkah dan Madinah. Dan waktunya itu tiba, tentu akan membludak permintaan umrah," ujarnya.
Meski belum ada informasi jelas, kapan keberangkatan jemaah umrah akan dibuka. Pihaknya memprediksi akan terjadi kenaikan biaya terhadap perjalanan ibadah tersebut, mengingat, akan ada biaya-biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh jemaah, di antaranya biaya PCR, perhotelan yang tadinya satu kamar berisikan empat orang, kemungkinan hanya dapat diisi dua orang jemaah serta transportasi bus yang sudah barang tentu bakal dikurangi jumlah penumpang.
"Selain itu ada syarat khusus juga, calon jamaah harus sudah vaksin Moderna dan AstraZeneca dosis II. Sementara yang Sinovac harus ditambah dengan vaksin Moderna satu kali," kata Nur Rahmat.
Rahmat pun berharap, dalam waktu dekat Kerajaan Arab Saudi dapat membuka kembali kunjungan ibadah jemaah umrah asal Indonesia dan Malaysia.
"Infonya sih bulan ini sudah dibuka, hanya itukan masih kabar angin. Tapi semoga lah tahun ini sudah ada kepastiannya kapan bisa kembali terbuka," pungkasnya.