Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan
logo

Petani Padi Nyambi Tanam Jahe untuk Tambah Pendapatan

Ladang jahe lontar di Desa Jonggon, Loa Kulu. (Foto: Ist)

Reporter: Lodya Astagina | Editor: Supiansyah

TENGGARONG - Selama satu tahun terakhir, petani di Desa Jonggon Jaya, Kecamatan Loa Kulu mulai menanam jahe agar dapat meningkatkan pendapatan mereka.

Rata-rata, para petani bisa menghasilkan sebanyak tiga sampai empat ton panen dengan luas seperempat hektare.

“Petani di sana sekarang di pekarangannya mulai menanami jahe, dan juga di bawah pohon karet juga ditanami. Bahkan kolam pun juga ditanami,” kata Kabid Padi dan Palwijaya Distanak Kukar, Sugiono, Sabtu (21/11/2020).

Sugiono menjelaskan, rasa jahe yang dikenal dengan jahe lontar ini banyak digemari karena rasanya berbeda dari jahe Sulawesi dan Jawa. “Jahe Lontar dari Jonggon ini lebih pedas dan disukai oleh pembeli,” jelasnya.

Ia mengungkapkan, saat ini tengah mencari kawasan mana saja yang menjadi ciri khas dari komoditi yang ditanam, seperti halnya di Desa Jonggon Jaya, karena setiap kawasan pasti memiliki ciri khas masing-masing.

“Seperti di desa A terkenal dengan buah naganya dan desa B terkenal dengan pisangnya,” ucapnya.

Jahe Lontar dari desa tersebut telah menjadi primadona bagi para pembeli, bahkan sebelum panen sudah ada yang menunggu untuk membeli, bahkan mendatangi para petani secara langsung.

Diketahui, satu hektare lahan bisa menghasilkan 12 ton per delapan bulan. Perkilonya dihargai Rp25 ribu. Menurut informasi yang dihimpun media ini, petani Desa Jonggon menanam jahe dengan luasan 1/4 hektare. Satu kilogramnya dihargai Rp37 ribu dan menghasikan omzet sekitar 200 juta.

BERITA TERKAIT

    Kalimantan Timur

    Petani Padi Nyambi Tanam Jahe untuk Tambah Pendapatan

    PusaranMedia.com

    Ladang jahe lontar di Desa Jonggon, Loa Kulu. (Foto: Ist)

    Reporter: Lodya Astagina | Editor: Supiansyah

    TENGGARONG - Selama satu tahun terakhir, petani di Desa Jonggon Jaya, Kecamatan Loa Kulu mulai menanam jahe agar dapat meningkatkan pendapatan mereka.

    Rata-rata, para petani bisa menghasilkan sebanyak tiga sampai empat ton panen dengan luas seperempat hektare.

    “Petani di sana sekarang di pekarangannya mulai menanami jahe, dan juga di bawah pohon karet juga ditanami. Bahkan kolam pun juga ditanami,” kata Kabid Padi dan Palwijaya Distanak Kukar, Sugiono, Sabtu (21/11/2020).

    Sugiono menjelaskan, rasa jahe yang dikenal dengan jahe lontar ini banyak digemari karena rasanya berbeda dari jahe Sulawesi dan Jawa. “Jahe Lontar dari Jonggon ini lebih pedas dan disukai oleh pembeli,” jelasnya.

    Ia mengungkapkan, saat ini tengah mencari kawasan mana saja yang menjadi ciri khas dari komoditi yang ditanam, seperti halnya di Desa Jonggon Jaya, karena setiap kawasan pasti memiliki ciri khas masing-masing.

    “Seperti di desa A terkenal dengan buah naganya dan desa B terkenal dengan pisangnya,” ucapnya.

    Jahe Lontar dari desa tersebut telah menjadi primadona bagi para pembeli, bahkan sebelum panen sudah ada yang menunggu untuk membeli, bahkan mendatangi para petani secara langsung.

    Diketahui, satu hektare lahan bisa menghasilkan 12 ton per delapan bulan. Perkilonya dihargai Rp25 ribu. Menurut informasi yang dihimpun media ini, petani Desa Jonggon menanam jahe dengan luasan 1/4 hektare. Satu kilogramnya dihargai Rp37 ribu dan menghasikan omzet sekitar 200 juta.

    Petani Padi Nyambi Tanam Jahe untuk Tambah Pendapatan

    Ladang jahe lontar di Desa Jonggon, Loa Kulu. (Foto: Ist)

    Reporter: Lodya Astagina | Editor: Supiansyah

    TENGGARONG - Selama satu tahun terakhir, petani di Desa Jonggon Jaya, Kecamatan Loa Kulu mulai menanam jahe agar dapat meningkatkan pendapatan mereka.

    Rata-rata, para petani bisa menghasilkan sebanyak tiga sampai empat ton panen dengan luas seperempat hektare.

    “Petani di sana sekarang di pekarangannya mulai menanami jahe, dan juga di bawah pohon karet juga ditanami. Bahkan kolam pun juga ditanami,” kata Kabid Padi dan Palwijaya Distanak Kukar, Sugiono, Sabtu (21/11/2020).

    Sugiono menjelaskan, rasa jahe yang dikenal dengan jahe lontar ini banyak digemari karena rasanya berbeda dari jahe Sulawesi dan Jawa. “Jahe Lontar dari Jonggon ini lebih pedas dan disukai oleh pembeli,” jelasnya.

    Ia mengungkapkan, saat ini tengah mencari kawasan mana saja yang menjadi ciri khas dari komoditi yang ditanam, seperti halnya di Desa Jonggon Jaya, karena setiap kawasan pasti memiliki ciri khas masing-masing.

    “Seperti di desa A terkenal dengan buah naganya dan desa B terkenal dengan pisangnya,” ucapnya.

    Jahe Lontar dari desa tersebut telah menjadi primadona bagi para pembeli, bahkan sebelum panen sudah ada yang menunggu untuk membeli, bahkan mendatangi para petani secara langsung.

    Diketahui, satu hektare lahan bisa menghasilkan 12 ton per delapan bulan. Perkilonya dihargai Rp25 ribu. Menurut informasi yang dihimpun media ini, petani Desa Jonggon menanam jahe dengan luasan 1/4 hektare. Satu kilogramnya dihargai Rp37 ribu dan menghasikan omzet sekitar 200 juta.