Reporter: Abdi : Editor: Buniyamin
BONTANG - Pandemi Covid-19 ternyata tidak berdampak bagi omset Batik Daon Jajar Eco print Kelompok Perempuan Matahari yang merupakan binaan PT Pertamina Gas (Pertagas) melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).
Ketua Kelompok Perempuan Matahari, Mariatun mengatakan awal mula masuknya program CSR PT Pertagas ke Kelompok Perempuan Matahari sekitar Mei 2018 silam. Kelompok tersebut berisikan ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Guntung.
Workshop Batik Ecoprint sendiri berada di RT Kelurahan Guntung. Kala itu di Kota Bontang, membatik dengan metode ramah lingkungan atau teknik ecoprint masih belum ada.
"Modal awal yang diberikan PT Pertagas sebesar Rp150 juta untuk beli mesin jahit, beli bahan, pelatihan dan lainnya," sebut Mariatun, Kamis (21/10/2021).
Ia menjelaskan, untuk membuat batik Daon Jajar Ecoprint, mula-mula kain berwarna putih di rendam semalam kemudian di cuci menggunakan detergen untuk menghilangkan mordan atau cairan lilin.
Setelah itu, kain di rendam dengan air yang sudah dicampur dengan pewarna alami dari ekstrak batang pohon dan tanpa pewarna kimia, seperti ekstrak batang pohon secang, tegeran dan mahoni.
Kain diameter panjang 200 centimeter dengan lebar 150 meter di rendam selama semalam agar ekstrak pewarna alami benar-benar terserap. Kemudian, kain yang sudah di rendam itu dihampar, lalu berbagai jenis daun pun disusun sesuai keinginan.
Selanjutnya, daun yang telah disusun di atas kain kemudian ditutup lagi dengan kain berwarna putih. Setelahnya, kain pun diberikan tekanan secara manual dengan menggulingkan pipa paralon berulang-ulang dengan tujuan agar pola daun yang dihasilkan di kain jauh lebih tajam dan jelas.
Terus, dilapisi kembali dengan plastik warpping atau plastik pembungkus makanan. Setelahnya, digulung dengan pipa secara erat agar tidak kemasukan air saat proses pengukusan selama dua jam. Usai dikukus, kain dijemur dengan cara dianginkan dan setelah kering kemudian di setrika dan masih ada proses lainnya lagi.
Dalam sebulan Mariatun dan tim nya bisa menghasilkan sekitar 20 kain batik ecoprint. Setiap ekstrak batang kayu menghasilkan dasar warna yang dihasilkan berbeda beda. Seperti, ekstrak kayu secang menghasilkan warna dasar ungu, kayu Teheran menghasilkan warna dasar kuning keemasan. Dan batang mahoni jadi warna dasar abu-abu.
Sementara, warna pola yang dihasilkan dari daun jika bertemu dengan warna dasar akan menghasilkan warna yang tidak tentu, misalnya dasar ungu bila menggunakan pola daun lanang, tidak sama jika menggunakan daun yang sama dengan dasar warna kuning keemasan.
"Proses pembuatan kainnya bisa makan waktu satu minggu. Daun yang digunakan untuk pola itu adalah daun jarak, lanang dan jati yang sering dipakai, tapi umumnya semua daun bisa di gunakan. Kalau jenis kain putih yang dipakai seperti kain rayon, linen dan sutra. Bahan baku utamanya kami masih pesan dari Jawa," diungkapnya.
Kata dia, kain batik ecoprint yang telah jadi pun dibuat berbagai macam sovenir. Seperti, baju Hem, dress, tas, jaket, mukena, jilbab, masker dan lainnya.
Harga yang dipatok pun bervariasi, kisaran Rp75 ribu hingga Rp700 ribu. Sementara kisaran omset yang bisa di raup dalam sebulan bisa mencapai dari Rp13 juta hingga Rp17 juta.
Kelompok Perempuan Matahari terdiri dari sembilan orang ibu rumah tangga dan masing-masing memiliki peran sendiri. Seperti bagian pola, penjahit pemasaran dan lainnya.
Untuk menawarkan hasil karyanya, Mariatun dan rekannya menggunakan sistem online dan offline. "Bisa by request tapi harus pesan dulu, ada juga yang sudah jadi. Penjualan sudah ke Bangka Belitung dan lainya. Paling laris pesanan di penjualan online," katanya.
Menurutnya, selama pandemi Covid-19 menjadi berkah tersendiri bagi binaan PT Pertagas tersebut. Sebab pesanan masker yang mereka buat cukup laris terjual, bahkan pernah mencapai 1.600 pcs.
Dengan bantuan dari PT Pertagas menjadikan mereka sebagai binaan berimbas bagi ekonomi ke sembilan IRT tersebut. Pembagian hasil yang didapat, pertama-tama dengan menyisihkan uang kas terlebih dulu, setelah itu baru di bagi rata.
"Orang kehutanan senang karena bahamya serba alami. Waktu acara Taman Nasional Kutai (TNK) dapat orderan Rp40 juta. Alhamdulillah bisa meningkatkan ekonomi keluarga. Harapannya kontrak yang ada bisa diperpanjang oleh Pertagas," sebutnya.
Untuk perawatan batik ecoprint sendiri terbilang mudah, hanya cukup direndam dengan air biasa yang dicampur dengan perasan jeruk nipis. Dan tidak disarankan pencucian batik menggunakan detergen apalagi mesin cuci.